Lihat ke Halaman Asli

Dian S. Hendroyono

TERVERIFIKASI

Life is a turning wheel

Potong Rambut Menggunakan Gunting Kertas

Diperbarui: 1 Juli 2021   20:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rambut Mama hasil cukuran saya. (Sumber: Koleksi Pribadi)

Wah, untung saja saya sudah potong rambut, beberapa hari sebelum Pemerintah Indonesia memberlakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat atau PPKM Darurat mulai 3 Juli hingga 20 Juli 2021. Lumayan pendek potongnya. Tapi, saat PPKM Darurat - atau Emergency Semi Lockdown atau apa pun namanya - kelar, rambut saya tidak akan mendadak panjang melebihi bahu pada 21 Juli mendatang.

Gara-gara pandemi Covid-19, banyak salon favorit saya jadi gulung tikar. Setidaknya sudah ada dua salon yang gulung tikar sepanjang tahun lalu di lingkungan tempat tinggal saya. Itu yang saya tahu. Namun, salon langganan Alhamdulillah masih punya pelanggan yang lumayan setia. Jadi, masih beroperasi.

Saya butuh salon, sebab saya tidak bisa memotong rambut saya sendiri. Namun, pandemi ini ternyata memunculkan keahlian yang terkuak saat kepepet. Ketika rambut Mama saya memanjang tak terkendali, tidak ada jalan lain selain harus saya potong. Mama saya sudah tua. Rasanya tidak mungkin membawanya ke salon. 

Sudah dua kali saya memotong rambut Mama, tahun lalu dan tahun ini. Modalnya hanya gunting biasa, yang dipakai untuk menggunting kertas. Hingga saat ini, kok ya saya tidak terpikir untuk membeli gunting rambut. Mungkin nanti saya akan membelinya, kalau Mama sudah harus potong rambut lagi.

Anyway, ketika pertama kali memotong rambut Mama, beliau terlihat ngeri. Lha maklum saja, saya belum pernah memotong rambut sebelumnya. Jadi, saya dudukkan mama di tempat tidur, punggung tentu saya menghadap ke saya. Lantas, saya cari gunting tertajam yang ada di rumah. Meski sudah lanjut usia, rambut Mama masih tebal. Ketika masih muda, muda sekali, Mama memiliki rambut dengan panjang hingga sebetis kakinya. Dan, itu sangat tebal. Karena itulah sisa ketebalannya masih tampak hingga saat ini dan butuh gunting yang tajam.

Lalu, pundak Mama saya tutupi dengan handuk, sementara sekeliling badannya saya tutupi dengan koran. Mulailah saya memotong. Semula saya masih berpikir mau mulai dari mana. Akhirnya saya mulai saja dari kanan ke kiri, atau kiri ke kanan ya? Saya lupa dari arah mana, yang penting potong.

Mama berpesan agar menyisakan rambut agar bisa diikat. Saya tidak mendengarkan, saya sangat sibuk dengan gunting saya. Pokoknya potong saja. Kress...kress...kress...

Dalam bayangan saya, rambut Mama nantinya akan bermodel shaggy pendek begitu. Ternyata modelnya malah jadi oval pendek, setelah dipotong sana-sini. Hahaha. Mama juga sebal, sebab tidak ada cukup rambut untuk diikat. 

Nah, tahun ini, saya juga sudah memotong rambut Mama lagi. Hasilnya bisa dilihat di foto artikel ini. Hasilnya lebih pendek dibanding cukuran tahun sebelumnya. Kali ini Mama tidak lagi merasa takut ketika saya beraksi dengan gunting. Pasrah saja. Seperti biasa, saya tidak menyisakan rambut yang cukup untuk diikat. Biarlah, toh nanti akan tumbuh memanjang dan siap-siap untuk saya potong lagi. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline