Lihat ke Halaman Asli

Irma DurrotunNiswah

Content Creator

"Difabel" is Able

Diperbarui: 30 Desember 2020   20:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

'Difabel is able', ini adalah salah satu sub judul dari Buku Lentera dari Desa Harapan yang baru saja terbit beberapa bulan yang lalu. Buku yang menggambarkan pemberdayaan desa oleh LAZ Harapan Dhuafa Banten ini saya tulis bersama dua partner menulis saya lainnya. 

Buku ini tidak menawarkan sebuah teori baru atau karangan cerita yang mengharu biru, melainkan buku ini merekam sebuah perjalanan dari mereka yang benar-benar peduli dengan kesejahteraan rakyat Indonesia melalui pemberdayaan di desa. Kami ngin mengapresiasi perjuangan mereka yang sudah begitu banyak berkontribusi membawa perubahan baik di desa. kami menyadari bahwa gerakan kebaikan harus lebih lantang lagi digaungkan, dan menuliskannya adalah salah satu jalannya. 

Salah satu gerakan kebaikan yang dilakukan oleh LAZ Harfa adalah pemberdayaan kaum difabel. Program pemberdayaan yang sudah dilaksanakan semenjak tahun 2013 ini bertujuan untuk membangun kepercayaan diri mereka. Tidak sedikit kaum difabel yang merasa berbeda, bahkan hingga dikucilkan masyarakat, dianggap tidak bisa melakukan aktivitas sebagaimana orang normal pada umumnya. Anggapan tersebut tidak jarang membuat mereka memiliki keterbatasan ruang gerak. 

Bu sani, salah satu difabel yang diberdayakan oleh LAZ Harfa tidak sungkan berbagi cerita ketika Saya menyambangi rumahnya. Sejak lahir ia telah menyandang disabilitas di bagian kakinya, ia tidak bisa berjalan dengan normal dan lebih cepat merasakan lelah ketika banyak beraktifitas. 

Ia mengaku dulunya merasa tidak percaya diri, apalagi jika mendengar omongan tetangga yang seringkali merendahkan dirinya. Bahkan, ia pernah mendengar sendiri bagaimana tetangganya merendahkan dirinya di hadapan suaminya. "ngapain kamu nikah sama Sani, nantinya cuma bisa ngrepotin, nggak bisa bantu kamu" begitu ucapan tetangga yang ditujukan untuk suami Bu Sani.

Tidak ada yang bisa ia lakukan kala itu selain berpasrah, ia bahkan rela jika harus diceraikan oleh suaminya. Omongan tetangganya tersebut benar-benar melemahkan kepercayaan dirinya meski di hadapan suaminya sendiri. 

Untungnya ia memiliki suami yang terus mendukungnya bagaimanapun keadaannya, ia tidak memperdulikan bagaimana orang lain memandang istrinya, di matanya ia adalah sosok istri dan ibu yang terus dicintainya. 

Selain dukungan dari suaminya yang turut menumbuhkan kepercayaan dirinya, Bu Sani juga mulai terbentuk kepercayaan dirinya semenjak bergabung dengan program yang diberikan oleh LAZ Harfa. 

Dulu, karena keterbatasan ruang gerak dan rendahnya kepercayaan diri ia tidak bisa membantu suaminya mencari nafkah, Ia merasakan kehidupan sulitnya dihimpit masalah ekonomi, tangisan anaknya sering nyaring terdengar hanya sekedar meminta uang jajan yang tak bisa dipenuhi. 

Kesadaran terkait kurangnya akses yang setara bagi para difabel membuat LAZ Harfa berkomitmen untuk membantu para difabel agar lebih berdaya, salah satunya melalui program Kelompok Keuangan Mikro (KKM). 

Bu sani yang menjadi salah satu anggota KKM, diberikan edukasi terkait cara mengelola keuangan, ia pun disupport dengan bantuan modal untuk memulai usaha. Alhasil setelah perlahan memulihkan kepercayaan diri sembari terus meningkatkan taraf ekonomi melalui kegiatan usaha, kini keadaannya semakin membaik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline