Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Irham Maulana

Hidup Untuk Menulis dan Menulis untuk Menghidupkan. Mahasiswa

Memaknai Ucapan Maaf dan Tradisi Saat Lebaran

Diperbarui: 5 Mei 2022   23:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

this photo taken from https://m.tribunnews.com/

Memaknai Ucapan Maaf dan Tradisi Saat Lebaran

Minal aidin wal faizin mohon maaf lahir dan batin bertujuan membersihkan cover eksternal (jasmani) dan internal (rohani) sehingga sikap dan perilaku manusia kembali fitrah sebagaimana mereka saat pertama kali keluar dari rahim ibunya.

Saat ini, Perayaan lebaran mulai memasuki H+4 sejak sholat Idul Fitri pada senin 2 April kemarin genap dilaksanakan. Ramadhan, bulan pelatihan jasmani-rohani manusia dan bulan pelipat pahala kebaikan, kini telah berpamitan. 

Episode berikutnya disusul dengan bulan Syawal, dimana bulan  "kenaikan suhu ini" bertujuan melatih serta meningkatkan pula tensi hubungan sosial kemanusiaan. Kita dapat menyaksikan pemandangan, orang-orang berkunjung dari rumah ke rumah untuk bersilaturahmi dan bermaafan, yang merupakan ciri khas dan tradisi pada Hari kemenangan.

Dalam perayaan lebaran, aksiologi keluputan biasanya dibarengi dengan mengucapkan "minal aidin wal faizin mohon maaf lahir dan batin". Kalimat ini menjadi pelengkap interaksi dan atau komunikasi dalam proses keluputan. Ketika seseorang hendak meminta maaf, mau tidak mau kalimat "sepuro" ini harus disertakan agar ihwal meminta maaf sempurna. 

Pasalnya, permintaan maaf atau keluputan melibatkan dua komponen penting, yakni kemantapan rohani (hati) dan gerakan fisik (ucapan). Dalam pandangan kepercayaan kejawen semisal, hal ini dapat membantu merontokkan dosa dan menghilangkan pertikaian supaya tercipta hubungan harmonis antara si pengucap dengan yang bersangkutan.

Umumnya, cara pengucapan lebaran memiliki banyak variasi. Selain kerap kali menggunakan ucapan maaf seperti keterangan di atas, ada beberapa diantaranya dalam bahasa Jawa. 

Seperti "ngaturaken sedoyo kelepatan kulo nggeh....", yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia "saya mengungkapkan semua kesalahan dan semoga engkau memaafkan". Kalimat ini identik diucapkan oleh kalangan usia muda kepada yang lebih tua. 

"Piro-piro salahku, lakonku, omongku, samean sepuro ya", yang maknanya tidak jauh beda dari di atas, diucapkan oleh kalangan sesama usia tua atau setara. Sementara ucapan "lahir batin ya" dilakukan oleh kalangan seumuran muda-mudi.

Selain aksiologi keluputan dan beberapa variasinya, ada juga berbagai kebiasaan menarik yang dilakukan pada Hari Kemenangan, seperti takbir keliling, sangon pesangon, hingga tradisi kuno among-among yang dilakukan oleh pemerhati kebudayaan. 

Hal ini semata dilakukan untuk menyemarakkan rentetan agenda lebaran. Berdasarkan pengertian dan anggapan bahwa lebaran adalah hari kebahagiaan. Hari Kemenangan adalah untuk membersihkan hati dan jiwa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline