Lihat ke Halaman Asli

Iradah haris

We do not need slogan anymore, we need equality in reality

Pehobi Batu, Bila Akik Suami Memenuhi Laci Meja Rias Istri

Diperbarui: 5 Mei 2021   22:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi batu-batu akik di laci meja rias. (Foto IH)

TUBAN. Cinta memang buta. Pepatah biasa yang diperuntukkan pada orang yang sedang kasmaran. Namun, apa ungkapan yang tepat bila kegemaran suami sampai "mengembargo" wilayah privacy istri. Seperti kumpulan akik suami yang memenuhi laci meja rias istri. Mungkin pepatah ini sesuai, "hobby memang buta".

Hobi adalah kegiatan rekreasi yang dilakukan pada waktu luang untuk menenangkan pikiran seseorang. kata Hobi merupakan sebuah kata serapan dari Bahasa Inggris "Hobby" (sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hobi)

Setiap orang memiliki hobi. Biasanya sesuatu yang amat digemari untuk dilakukan. Demikian pun saya. Hobi saya merenung dan menulis apa saja. Dulu sewaktu masih di bangku sekolah dasar, saya gemar menulis surat. Istilah kerennya saat itu, korespondensi. Hobi bawaannya, mengumpulkan perangko bekas. 

Demi hobby ini saya rela menghabiskan waktu seharian hanya untuk mengurus perangko-perangko bekas dan menulis surat. Demi bisa mengirim surat dan berharap dapat balasan dari sahabat pena, saya rela tidak jajan seharian. Waktu itu, untuk mengirim surag lewat kantor pos, kita harus membeli perangkonya terlebih dahulu.

Mendapat balasan surat, artinya menambah koleksi perangko kita. Apalagi bila sahabat penanya dari luar negara. Bahagianya luar biasa. Bangga. Sebab jumlah perangko luar negeri saya tak seberapa. Jadi, perangko bekas dari luar itu limited edition.

Saya membuatkan album khusus koleksi perangko. Terbuat dari buku tulis yang halaman perhalamannya sudah ditempeli kertas putih transparan (biasa untuk bahan layang-layang). Sebagai tempat untuk menyusun prangko. 

Menempatkan perangko dalam album. Mengaturnya dalam baris-baris rapi. Mengelompokkan dan mengurutkan tahun-tahunnya. Kemudian menyimpan album di tempat yang tak mudah dijangkau siapa pun. Melakukan hobi ini seperti menemukan kepuasan tersendiri.

Karena merasa pernah juga menjadi pehobi, maka saya pun tidak frontal menentang hobi mengoleksi akik kegemaran suami. Hanya saat itu, saya selalu mengingatkan bahwa batu-batu akik itu peminatnya tidak abadi. Berbeda dengan emas. 

Tunggu masanya, tak lama orang akan meninggalkan dunia batu. Apa pun batunya kecuali batu permata yang harganya dihitung menyesuaikan kadar karatnya. Kalau pun turun harga jualnya, tidak akan terlalu jauh perubahannya dengan harga beli.

Mengingatkan orang yang sedang terlena euforia itu percuma! Seperti melakukan pekerjaan sia-sia. Toh suami pun tetap akan berburu batu ke pasar-pasar dan centra pengrajin batu. Baik di seluruh Surabaya hingga ke Jakarta Gems Center (JGC) Rawa Bening.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline