Lihat ke Halaman Asli

Syaiful W. HARAHAP

TERVERIFIKASI

Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

"Maafkan saya, Kondektur."

Diperbarui: 3 Juni 2017   19:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Penumpang di bus Transjakarta (Sumber: youtube.com)

* Di Bus TransJakarta Kalau Ada Penumpang Lansia Berdiri Kondektur Ditegur

“Tapi saya dapat teguran, Pak.” Itulah keluhan seorang laki-laki kondektur bus TransJakarta PGC-Harmoni pada perjalanan Harmoni-PGC setelah hal Kebonpala, Jakarta Timur, pertengahan bulan lalu.

Memang, saya sering menolak tawaran kondektur bus TransJakarta untuk duduk dengan cara meminta penumpang lain berdiri. Soalnya, saya bisa jadi sumber ‘dosa’ kalau penumpang yang disuruh berdiri mengomel atau mengumpat bahkan bisa mencaci-maki di dalam hatinya. Tentu saja saya jadi sasaran.

Kalau memang penumpang yang taat azas yaitu memberikan tempat duduk prioritas kepada yang berhak yaitu lansia, perempuan hamil, perempuan bawa anak dan disabilitas tentu tidak perlu ditegur kondektur.

Di tiga bangku di dekat pintu sudah ada sticker yang menandakan penumpang prioritas di tiga tempat duduk itu. Tapi, celakanya banyak yang duduk di sana sibuk memainkan ponsel, ada pula yang menyender dengan mata tertutup.

Biasanya saya lihat-lihat dulu kalau bangku-bangku prioritas sudah diduduki oleh yang berhak itu artinya kondektur mencari tempat duduk di tempat lain. Nah, ini yang saya hindarkan agar tidak jadi sasaran umpatan dan sumber ‘dosa’.

Tapi, saya pun merasa berdosa kemudian ketika kondektur itu mengeluh. Rupanya, CCTV merekam semua kejadikan di dalam bus sehingga kalau ada lansia, perempuan hamil, perempuan bawa anak dan disablitas yang berdiri itu artinya teguran jadi faktor yang mempengaruhi konditue kondektur.

Belakangan baru saya sadari mengapa air muka kondektur berubah ketika saya menolak tawaran mereka. “Maafkan saya, Kodektur.”

Maka, tidaklah mengherankan kalau kemudian kondektur akan semerta mencari tempat bagi penumpang bertempat duduk prioritas. Itu sudah bagian dari tanggung jawab mereka terhadap penumpang yang mereka sebut sebagai ‘pahlawan’. Celakanya, itu tadi. Tidak semua penumpang memahami hak pemilik tempat duduk prioritas.

Pengalaman saya naik bus TransJakarta sering tidak masuk akal. Yang sering memberikan tempat duduk justru laki-laki yang penampilannya tidak berpendidikan. Selain itu penumpang muda yang kita sebut, maaf, nonpribumi juga sering memberikan tempat duduk kepada saya.

Perlu juga manajemen bus TransJakarta meniru langkah PT KAI Commuter Line yang selalu berulang-ulang memberikan peringatan kepada penumpang KRL tentang gerbong paling depan dan paling belakang yang dikhususkan untuk wanita serta tempat duduk prioritas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline