Lihat ke Halaman Asli

Syaiful W. HARAHAP

TERVERIFIKASI

Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Andil PSK Tidak Langsung Dorong Penyebaran HIV/AIDS di Denpasar

Diperbarui: 9 Januari 2019   09:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Sumber: forensicmag.com)

HIV/AIDS. Hei Man, Hati-hati Jajan PSK di Denpasar.” Ini judul berita di kompas.com (23/11-2010). Disebutkan: Komisi Penanggulangan AIDS Kota Denpasar mengungkapkan bahwa dari 1.500 wanita pekerja seks komersial yang tercatat di kota itu, 20 persen di antaranya terindikasi mengidap HIV/AIDS. Sri Mulyanti, asisten koordinator KPA Kota Denpasar, mengatakan, selain mengidap HIV/AIDS, ada beberapa pekerja seks yang juga mengidap penyakit infeksi menular seksual (IMS).

Selama ini data dan fakta terkait HIV/AIDS dan IMS (infeksi menular seksual, seperti GO (kencing nanah), sifilis (raja singa), klamidia, virus hepatitis B, dll.) di kalangan pekerja seks komersial (PSK), khususnya PSK langsung (PSK di lokalisasi atau lokasi pelacuran), tidak dikaitkan dengan realitas sosial. Akibatnya, masyarakat tidak menyadari epidemi IMS dan HIV.

Untuk mengaitkan data terkait kasus IMS dan HIV di kalangan PSK terhadap epidemi di masyarakat dapat disimak dari jumlah kasus IMS yang terdeteksi di puskesmas atau rumah sakit. Yang dikhawatirkan adalah laki-laki yang terdeteksi mengidap IMS bisa saja sekaligus juga tertular HIV karena ada kemungkinan PSK yang mengidap IMS juga sekaligus mengidap HIV.

Laki-laki ‘Hidung Belang’

Ada dua kemungkinan terkait dengan kasus IMS dan HIV di kalangan PSK.

Pertama, kasus IMS dan HIV di kalangan PSK ditularkan oleh laki-laki ‘hidung belang’ penduduk lokal Denpasar (asli dan pendatang). Jika ini yang terjadi maka prevalensi (perbandingan antara yang mengidap dan tidak mengidap) IMS dan HIV di masyarakat sudah besar. Laki-laki yang menularkan IMS dan HIV kepada PSK akan menjadi mata rantai penyebaran di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Kedua, kasus IMS dan HIV di kalangan PSK sudah terjadi sebelum PSK tsb. ’praktek’ di Denpasar. Artinya, PSK itu tertular di luar Denpasar. Bisa di Bali atau di laut Bali. Jika ini yang terjadi maka laki-laki penduduk Denpasar (asli dan pendatang) berisiko tertular IMS dan HIV atau dua-duanya sekaligus jika melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan PSK.

Sayang, dua fakta itu tidak dipahami masyarakat karena informasi terkait dengan epidemi IMS dan HIV sering tidak akurat sehingga masyarakat tidak memahami risiko yang mereka hadapi. Dalam kaitan inilah diperlukan berbagai upaya agar penyebaran IMS dan HIV tidak meluas. Yayasan Kerti Praja Denpasar sudah lama menangani PSK langsung melalui pendekatan yang humanis. Setiap hari Jumat PSK ’dijemput’ staf yayasan. Kesehatan mereka, terutama IMS, diperiksa di klinik yayasan. Jika terdeteksi mengidap IMS mereka diobati dan sekaligus dikonseling agar tidak menularkan kepada orang lain. Mereka juga dibekali dengan kondom.

Hal itu dilakukan, seperti dituturkan oleh Prof Dr DN Wirawan, ketua yayasan, untuk memutus jembatan penyebaran IMS dan HIV dari masyarakat ke PSK dan sebaliknya dari PSK ke masyarakat melalui laki-laki ’hidung belang’. Tapi, tidak jarang banyak yang mencibir. Bahkan, ada wartawan yang menuding Prof Wirawan sebagai ’pelindung pelacur’. Rupanya, Pak Wartawan, itu tidak memahami langkah yang ditempuh yayasan sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran IMS dan HIV dalam kaitannya dengan kesehatan masyarakat.

Persoalan yang dihadapi yayasan adalah PSK itu tidak mempunyai posisi tawar yang kuat ketika berhadapan dengan laki-laki ’hidung belang’ yang menolak memakai kondom. Ini terjadi karena germo memihak tamu. Germo tidak takut karena mereka tidak bisa dijerat secara hukum. Berbeda dengan di Thailand. Germo memegang izin usaha. Jika germo salah maka izin usaha dicabut. Akibatnya, germo akan memihak kepada PSK.

Disebutkan pula oleh Sri Mulyanti: "Berdasarkan data tersebut, kami terus melakukan pemantauan secara rutin dan berkala terhadap para pekerja seks yang ada di wilayah Denpasar. Sebab, kami takut penularan HIV semakin besar melalui mereka." Lagi-lagi langkah ini hanya ’menembak’ PSK. Padahal, kuncinya adalah pada laki-laki ’hidung belang’. Maka, yang perlu disasar adalah laki-laki agar mereka selalu memakai kondom jika kencan dengan PSK.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline