Lihat ke Halaman Asli

Kaba Sutan Pangaduan

Diperbarui: 18 Juni 2015   00:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kaba adalah salah satu bentuk sastra tradisional minangkabau selain tambo. Versi originalnya kaba diceritakan dalam bentuk sajak dan pantun atau dalam bentuk nyanyian, dan biasanya kaba ini diceritakan atau dikisahkan dalam bentuk randai yaitu sebuah acara tradisi di minangkabau yang menggabungkan antara lagu, tari, musik, drama dan silat yang dilaksanakan secara berkelompok.

Kaba yang cukup terkenal secara nasional karena cukup sering diangkat yaitu Kaba Cindua Mato dan Kaba Anggun Nan Tongga.  kedua kaba tersebut termasuk golongan dalam kaba tareh yang tergolong tareh runuik bersama dengan kaba bongsu pinang bauruik dan kaba malin dewa nan gombang patuanan atau sering juga disebut kaba sutan pangaduan.

Cukup sulit mencari sumber untuk mengetahui lagi isi cerita dalam kaba tersebut, karena seiring dengan perkembangan zaman cerita-cerita novel barat makin meraja lela menenggelamkan cerita-cerita tradisional yang dulunya diceritakan secara turun temurun dalam drama atau sandiwara dan cerita tradisional.

Saya pernah mendapat sebuah sumber di internet tentang kaba sutan pangaduan atau kaba malin dewa nan gombang, yang saya baca sinopsisnya tidak kalah dengan cerita-derita novel fantasy sekelas harry potter, dan saya sangat yakin usia kaba ini kauh lebih tua dari cerita-cerita fantasy yang begitu booming seperti harry potter, lord of the ring dan lain-lain sejenisnya.

Cerita kaba sutan pangaduan ini terjadi di daerah kampung dalam pariaman. Alkisah raja yang berkuasa di Kampung Dalam mempunyai putra mahkota bernama Sutan Pangaduan ibunya seorang bangsawan bernama Puti Andam Dewi. Sutan Pangaduan memiliki dua orang saudara tiri yaitu Sutan Lembak Tuah yang ibunya seorang rakyat biasa serta Puti Sari Makah yang ibunya seorang keturunan Arab.

Ketika Sutan Pengaduan kecil, sang ayah pergi bertapa atau bersemayam ke Gunung Ledang, pada saat itulah sang ibu Puti Andam Dewi diculik oleh Rajo Unggeh Layang seorang raja di Negeri Taluak Singalai Tabang Papan, Puti Andam Dewi diculik karena menolak diperistri oleh Rajo Unggeh Layang. Sejak saat itu Sutan Pengaduan dibesarkan oleh Sang Nenek dan Kakak sepupu dari pihak ibunya yang merupakan seorang sakti di Pantai Cermin.

Sutan Lembak Tuah yang merupakan anak lelaki tertua, tetap tinggal di Istana dan diangkat menjadi raja. Sebenarnya secara adat Sutan Pengaduanlah yang lebih berhak menjadi raja, mengingat silsilah bangsawan dan keramat yang dibawanya dari sang ibu, namun ibunda dari Sutan Lembak Tuah yang merupakan rakyat biasa memiliki hati yang jahat dan sangat berambisi menjadikan anaknya sebagai raja, dan untuk mencapai tujuannya itu ia rela menempuh segala cara. Ambisi ini bisa dimaklumi kare ibunda Sutan Lembak Tuah awalnya adalah rakyat biasa yang nasibnya terangkat akibat menikah dengan seorang raja.

Sifat Sutan Lembak Tuah yang manja dan kekanak-kanakan serta usianya yang masih sangat muda, menjadinkannya di awal menjadi raja menjadi raja yang cenderung semena-mena terhadap rakyatnya, kelak sifat ini dapat berubah menjadi bijak berkat bimbingan dari Sutan Pengaduan dan keluarga ayahnya.

Pada usia 10 tahun, sutan pengaduan didatangi oleh ayahnya secara batin dan memintanya untuk membebaskan ibunya dengan bantuan kakanya sutan lembak tuah, tetapi ayahnya berpesan untuk menambah ilmu terlebih dahulu dari neneknya dan kemenakan perempuan ayahnya agar mendapat senjata keramat.

Kemudian berangkatlah Sutan Pengaduan dari Kuala Pantai Cermin tempat dia tinggal dengan neneknya selama ini menuju istana kampung dalam untuk menemui kakanya tirinya yang telah menjadi raja yaitu sutan lembak tuah, tetapi dalam perjalanan sutan pengaduan yang polos dan lugu terpedaya oleh seorang penipu karena tertangkap tangan memetik setangkai bunga yang oleh sipenipu dikatakan sebagai bunga larangan sehingga sebagai hukumannya sutan pengaduan harus menyerahkan baju bangsawan yang dipakainyaa dan menggantinya dengan baju compang-camping.

Sesampainya di istana Kampung Dalam, Sutan Lembak Tuah sangat terkejut ketika melihat seseorang yang memiliki wajah yang sangat mirip dengan dirinya (dikisahkan wajah sutan lambak tuah dan sutan pengaduan bagaikan pinang dibelah dua walaupun berbeda ibu), tetapi memakai baaju yang compang camping. Ibu Lembak Tuah yang sebenarnya mengetahui bahwa yang datang tersebut adalah Sutan Pengaduang yang notabene merupakan putra mahkota sesuangguhnya menyuruh pengawal untuk mengusir sutan pengaduan, dan menyuruh anaknya sutan lembak tuah untuk bertarung dengan sutan pengaduan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline