Lihat ke Halaman Asli

Anies Membangun Kembali di Atas Puing-puing Kampung Akuarium

Diperbarui: 2 November 2017   08:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Yang nomor satu yang paling urgent kami akan membangun shelter untuk warga yang tinggal di Kampung Akuarium dan Kampung Kunir (Pinangsia)," kata Anies, di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Rabu (1/11/2017). Shelter yang dimaksud adalah tempat penampungan sementara yang dibuat untuk warga.

"Selama ini rumah yang ada itu tidak tepat dan tidak sehat. Banyak di antara mereka jatuh sakit. Bahkan selama 1,5 tahun ini sudah meninggal 20 orang karena kondisi perumahan yang tidak sehat. Kami ingin bangunkan shelter sementara, sambil kami membangun kembali permukiman di sana," ujar Anies.

Padahal, dulunya kawasan itu ditertibkan Pemprov DKI Jakarta semasa kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama. Bangunan-bangunan liar yang ada di atasnya dihancurkan.

*****

Membahagiakan warga adalah tujuan final dari semua pemimpin dan bukan membahagiakan sejumlah orang yang bukan warga. Dan bukan pula meng-anggarkan APBN untuk infrastruktur secuil wilayah yang dikelola oleh segelintir orang tapi membuat negara harus jungkir balik mengatur utang negara.

Sesuai dengan slogan saat berkampanye kemaren tentang "Maju Kotanya, Bahagia Warganya". Makna maju yang dimaksud adalah kondisi sebuah kota yang dapat tumbuh, berkembang, dan memiliki infrastruktur yang baik. Makna sebuah kota yang maju tidak lepas dari warga kotanya itu sendiri. Menurut Anies, jika sebuah kota sudah dapat dikatakan maju, warganya harus bahagia.

Indikator kebahagiaan warga, secara sederhana, dapat dibagi ke dua poin, yakni pendidikan yang berkualitas dan kesehatan yang terjamin.

"Kemiskinan dikurangi, ketimpangan dikurangi sehingga dengan begitu bukan hanya kotanya yang tampak maju tapi warganya juga jadi merasa bahagia," jawab Anies. Cukup rasanya di era-era sebelumnya, terutama di era gubernur lungsuran definisi bahagia sangat begitu terkotak-kotak. Bahagia disaat tersebut adalah rumah-rumah mewah diatas tanah urugan dan membabat kawasan lindung mangrove dipesisir utara Jakarta dan membabat habis rakyat-rakyat marjinal yang dituding menyebabkan Jakarta selalu terendam banjir.

Kampung Akuarium contoh berikut dari hasrat penguasa membahagiakan "secuil" orang yang sudah terlanjur kaya dan masih ngotot ingin lebih memperkaya diri dan kroni-kroninya. Tragedi penggusuran di wilayah tersebut menurut salah satu sosiolog yang "live" adalah penggusuran yang paling dramatis dan "kelam" saat menyaksikan arogansi aparat Pemda yang dibekingi oleh TNI/Polri membongkar artefak sejarah mereka semenjak berpuluh-puluh tahun lalu. Gubernur saat itu mengabaikan konten hancurnya norma-norma keberpihakan penguasa kepada rakyat-rakyat sederhana. Penguasa berubah menjadi kambrat pengusaha rakus.

Melihat Anies menghantam Alexis dan membangun ulang Kampung Akuarium adalah antitesa dari sosok penguasa yang dibela oleh sekelompok manusia minim empatik dan double minority pula. Melihat rekam digital saat mereka tidak memberikan rasa simpati dan empatik terhadap kekejaman penguasa sambil tertawa gembira sangat menyesakkan dada. Tuhan tidak tidur untuk membalaskan rasa sakit warga miskin yang disudutkan ditempat paling sudut.

Sekarang Jakarta telah memiliki Gubernur yang mereka pilih sendiri dan bukan gubernur ekses dari kepergian dan ingkar janji tanggung jawab seseorang yang malahan terindikasi juga gagal memenuhi janji-janji kampanyenya di jabatan barunya.

Salam Ujung Jari!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline