Lihat ke Halaman Asli

Imam Kodri

TERVERIFIKASI

Dapatkah Formula Diplomatik 4 + 1 Mengakhiri Konflik

Diperbarui: 7 September 2017   13:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo: MNASenior General Min Aung Hlaing poses a documentary photo with Indonesia FM in Nay Pyi Taw yesterday

Bertemu dengan Panglima AB Myanmar Jenderal U Min Aung Hlaing Menlu Indonesia Retno Marsudi meminta atas nama pemerintah Indonesia dan PBB, agar Myanmar segera menghentikan segala tindak kekerasan dan pelanggara HAM berat yang dilakukan oleh militer Myanmar terhadap etnis Rohingya yang telah memakan banyak korban sipil dan orang-orang yang tidak berdosa. Permintaan itu disampaikan juga kepada Penasehat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi.

Menjadi sorotan dunia apa yang telah dilakukan oleh Myanmar terhadap muslim Rohingya, berpuluh tahun dan puncaknya pada 2 minggu terakhir Agustus 2017 ketika militer membantai sedikitnya 400 orang warga sipil Rohingya. Dunia Internasional termasuk Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) sangat prihatin dan mengkhawatirkan apa yang dilakukan oleh Myanmar terhadap muslim Rohingya. Sangat dikhawatirkan tindakan rezim militer Myanmar karena dapat berakibat meluasnya tindakan kriminal dan terorisme yang pada akhirnya mengganggu stabilitas kemanan Asia Tenggara dan dunia.

Sebagai jalan keluar yang adil dan menjunjung tinggi kedaulatan suatu negara Myanmar, Menlu Retno Marsudi menawarkan formula khusus untuk mengatasi konflik Rohingya yang berumur sepuluh tahun lebih. Menlu perempuan pertama dalam sejarah Indonesia ini, menawarkan formula diplomatik sebagai jalan keluar yang tepat dan senantiasa menghargai kedaulatan Myanmar. Rumusan apa yang dikenal dengan Formula Diplomatik 4 + 1 pada hakekatnya bukan bertujuan hanya untuk mengakhiri konflik tetapi lebih dari itu adalah untuk membangun kehidupan bersama berdasarkan rasa keadilan social yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. 

Isi Formula Diplomatik yang ditawarkan Retno Marsudi yaitu:

Pertama, mengembalikan stabilitas dan keamanan,

Kedua, menahan diri secara maksimal dan tidak menggunakan kekerasan,

Ketiga, perlindungan kepada semua orang yang berada di Rakhine State tanpa memandang suku dan agama,

Keempat, pembukaan akses untuk bantuan kemanusiaan dari dunia internasional dan

+ 1 adalah, mengimplementasikan tugas-tugas Komisi Penasehat untuk Rakhine State yang dipimpin oleh Kofi Annan, berupa laporan-laporan penting terkait seluruh kejadian Konflik Rahine Myanmar.

Jenderal U Min Aung Hlaing dan Penasehat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi menerima dengan baik uluran tangan Indonesia dalam keikutsertaannya pada penyelesaian konflik Rohingya, Kepada Menlu Retno Marsudi kedua petinggi Myanmar akan berusaha terus sekuat tenaga agar wilayah Rakhine akan kembali aman tidak lagi terjadi konflik. Selanjutnya kedua petinggi Myanmar itu menyampaikan kronologis apa yang dunia katakan sebagai genocida etnis muslim Rohingya.

Panglima Hlaing tidak menolak tuduhan di Rakhine State memang ada konflik. Namun menurutnya konflik terjadi ketika milisi Rohingya yang dikenal penduduk muslim sebagai gerilyawan Bengali telah melakukan serangan terhadap pos-pos polisi dan militer sehingga terjadi baku tembak yang berakibat kedua belah pihak jatuh korban, dipihak Myanmar 12 orang polisi dan tentara meninggal, dan 80 orang gerilyawan Rohingya meninggal. Apa yang disampaikan panglima AB Myanmar ada benarnya, dan pada kenyataannya terjadi balas dendam dari otoritas militer Myanmar yang tidak seimbang sehingga konflik berlanjut dan memakan korban ribuan orang tak berdosa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline