Lihat ke Halaman Asli

rokhman

TERVERIFIKASI

Kulo Nderek Mawon, Gusti

Corona Membawa ke Nostalgia Awal 90-an, Saat Siaran Bola Langka

Diperbarui: 29 Maret 2020   02:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruud Gullit, salah satu magnet industri sepak bola di akhir dekade 80- an dan awal dekade 90-an. Foto AFP dipublikasikan kompas.com

Kereta, berjalan melalui alurnya. Sampai waktunya tiba di tujuan akhir, kemudian balik badan meniti jalur sama tapi dari arah yang berbeda. Kereta menjadi satu contoh potret hidup tentang pengulangan momen, kejadian yang mirip atau sama di waktu yang berbeda.

Potret kereta itu ada di momen virus corona. Kereta seperti singgah di stasiun yang sama di waktu yang berbeda. Virus corona ini telah mengubah banyak hal, salah satunya siaran langsung sepak bola di televisi. 

Tak ada lagi siaran langsung sepak bola di televisi. Kenapa? Karena sepak bola dihentikan sebab corona. Di banyak belahan dunia, khususnya liga elite dunia, sepak bola dihentikan. Sepak bola yang identik dengan keramaian dikhawatirkan akan jadi ajang mewabahnya corona.

Maka, televisi pun tak memiliki barang dagangan berupa siaran langsung sepak bola. Kini, tiap akhir pekan sepi, senyap, tak ada sepak bola. Bahkan bagi mereka yang belum punya pasangan, akhir pekan menjadi ruang gelap yang perlu untuk segera ditinggalkan. 

Bagi yang lainnya, senyap juga melanda karena tak bisa lagi nongkrong ramai-ramai melihat sepak bola karena keramaian "dilarang". Keramaian akan jadi ajang mewabahnya corona.

Efek tak adanya siaran langsung sepak bola pun beragam. Salah satunya analisis tentang sepak bola pun berkurang. Termasuk analisis para penggawa penulis bola di laman kompasiana ini. Biasanya, di akhir pekan atau setelah akhir pekan, analisis sepak bola tentang hasil laga dan sisi lainnya berserakan. Kini tak ada lagi analisis pertandingan dengan perniknya.

Cerita kali ini ternyata mirip dengan fenomena awal dekade 90-an ketika siaran langsung sepak bola sangat jarang. Saya akan bercerita soal nostalgia itu. 

Saya masih ingat, laga sepak bola pertama yang saya nonton di televisi adalah pertandingan Piala Toyota tahun 1988. Pertandingan disiarkan langsung TVRI dan kami nonton bareng-bareng di rumah tetangga. 

Saat itu (Anda boleh percaya, boleh tidak) saya baru berumur 5 tahun. Piala Toyota adalah nama merek untuk ajang Piala Interkontinental. Piala Interkontinental adalah ajang tahunan di akhir tahun yang mempertemukan klub juara Eropa dan klub juara Amerika Selatan.

Ajang Piala Toyota disponsori Toyota dan dilaksanakan di Jepang. Pertandingan Piala Toyota dilaksanakan di Minggu pagi WIB. Di tahun 1988 itu, adalah laga antara PSV Eindhoven melawan Nacional Uruguay. 

Pemain yang jadi pembicaraan waktu itu adalah Ronald Koeman (PSV). Saya masih ingat, laga diakhiri adu penalti dan PSV kalah. Kiper Nacional adalah Jorge Sere yang kala itu memakai kalung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline