Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Ilfan Zulfani

Kayanya pembelajar

Sosiologi di SMA Bikin Orang Salah Paham sama Sosiologi di Universitas

Diperbarui: 12 Maret 2021   15:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(pixabay.com/Anemone123)

Saya ingat banget waktu itu ketika melakukan daftar ulang pasca diterima SNMPTN, kakak-kakak petugas yang melayani saya berseloroh, "Wih... Jurusan Sosiologi nih. Sama kayak saya. Kenapa milih sosiologi? Karena nilainya tinggi ya di SMA? Karena suka sosiologi di SMA? Gue juga gitu dulu. Eh ternyata pas masuk, zonk."

Saya terkesiap atas selorohnya yang tiba-tiba itu. Saya kemudian berusaha meluruskan kepada kakak-kakak tersebut kalau saya memilih Sosiologi justru karena paham sedikit bagaimana sosiologi yang akan diajarkan di universitas. 

Saya merasa mengerti karena dulu di perpustakaan SMA saya ada beberapa buku 'pengantar sosiologi untuk universitas' dan saya cukup sering membacanya.

Tapi kakak-kakak tersebut seperti tidak perlu mendengar alasan saya lagi dan dia sudah mulai mengerjakan pekerjaannya. Dia tidak terkesan untuk mendengar jawaban apapun dari saya. Ya sudahlah, saya diam saja.

Tapi saya merasa perlu untuk membahas permasalahan seperti yang dimiliki kakak-kakak tersebut. Maka, setidaknya saya berangkat dari dua persoalan dalam tulisan ini. Pertama, sosiologi di SMA dianggap banyak teman-teman saya dulu itu sebagai mata pelajaran yang termudah di antara empat matpel jurusan IPS (lainnya adalah sejarah, geografi, ekonomi). 

Saya tidak menampik anggapan tersebut karena kenyataannya memang mudah. Hal ini juga dibuktikan dengan angka siswa yang remedial di ujian mata pelajaran sosiologi tidak sebanyak di mata pelajaran sejarah, geografi dan ekonomi. Anda, pasti setuju juga kan soal ini.

Nah, masalah kedua adalah... rendahnya kualitas mata pelajaran sosiologi di SMA (yang membuat banyak siswa-siswa dapat nilai tinggi) membuat ada yang salah sangka dengan studi sosiologi di universitas (contohnya si kakak-kakak panitia daftar ulang SNMPTN tadi). Tapi saya perlu tegaskan bahwa salah sangka di sini bukan hanya membuat adanya orang yang salah jurusan tapi juga menjadikan 'orang yang tidak tertarik untuk kuliah di Jurusan Sosiologi'. 

Andai saja mereka tahu bahwa sosiologi di universitas itu tidak segaring saat SMA, mungkin yang awalnya menjatuhkan pilihan di jurusan Ilmu Hubungan Internasional (yang katanya keren banget itu, tapi aslinya biasa aja kalau dibandingkan Sosiologi, serius wkwk) akan beralih ke Sosiologi.

Nah, ini juga masalah. Jurusan kayak Ilmu HI, Ilmu Komunikasi, Manajemen, Ilmu Hukum, dan jurusan-jurusan ilmu sosial favorit lainnya tidak memiliki "representasi" di SMA. Sehingga, ya, tidak ada salah paham. Gaada kan anak Ilmu Komunikasi yang bilang begini, "Yaaa... ternyata beda, gak sama kayak di SMA".

Hal itu juga lah yang mungkin membuat mereka menjatuhkan pilihan pada jurusan-jurusan tersebut. Tidak ada representasi, tidak ada kesalahpahaman. Orang bisa saja salah jurusan masuk ke Manajemen karena tidak tau, tapi bukan karena salah paham. 

Lalu apa sih sebenarnya yang membedakan sosiologi di SMA sama di universitas? Banyaaak dan yang paling utama adalah hal yang prinsipil yang tidak pernah diajarkan di SMA. Dalil utama dari sosiologi yang "sebenarnya" adalah bahwa manusia tidak hidup dalam keadaan bebas. Manusia sangat ditentukan oleh sesuatu di luar dari dirinya. Sesuatu di luar itu seperti konteks/institusi politik, budaya, agama, dan sebagainya. Durkheim menyebutnya sebagai "fakta sosial".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline