Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Farissa

Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

Soffia Seffen, Srikandi Daur Ulang Sampah dari Sumatera

Diperbarui: 12 Mei 2017   12:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Soffia Seffen, Srikandi Daur Ulang Sampah Dari Sumatera (dok: www.blhkotabengkulu.web.id )

Umumnya orang beranggapan, bahwa sampah merupakan benda kotor, bau menjijikkan dan sarat masalah. Karena itu harus segera dibuang jauh-jauh agar tidak mengotori halaman ataupun lingkungan kita. Namun tidak dengan wanita yang satu ini. Siapakah dia? Tunggu dulu.

Sebenarnya sampah tidak selamanya menjadi masalah, namun justru dapat menjelma menjadi pendapatan keluarga dan menunjang perekonomian masyarakat. Bahkan kehidupan yang layak dan berkecukupan dapat diraih dengan mengelola sampah. Tidak percaya?

Dialah Soffia Seffen, ibu tiga anak yang telah mampu menyulap sebagian halaman dikediamannya menjadi tempat pusat kerajinan daur ulang sampah plastik yang diberi nama Dalang Collection.

Soffia Seffen, menyulap sebagian halaman dikediamannya menjadi tempat pusat kerajinan daur ulang sampah plastik yang diberi nama Dalang Collection. (dok pri).

Soffia Seffen patut diacungi jempol. Tujuan dan motivasinya mendirikan Dalang Collection ini adalah karena menurutnya, mengelola sampah itu mudah dan dapat membantu masyarakat ekonomi lemah seperti memperbaiki perekonomian ibu-ibu rumah tangga dan para pemulung yang bekerja padanya. Selain itu Soffia juga ingin mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara mengolah sampah.

Pamflet Dalang Collection, (dok pri).

Dalang Collection yang diketuai ibu Soffia ini adalah suatu perkumpulan atau kelompok masyarakat di Kota Pekanbaru yang terdiri sekitar 50-an orang pemulung, janda-janda tua dan para ibu/bapak rumah tangga yang kehidupannya pas-pasan. Mereka mendorong masyarakat mengumpulkan sampah dan terus konsisten untuk mengajak tetangga dan masyarakat di sekitar untuk mengelola sampah menjadi apapun yang bisa diolah, menjadi produk yang ekonomis sebagai kerajinan tangan yang dapat menghasilkan keuntungan, khususnya sampah-sampah non organik seperti plastik, kardus, kertas, logam, besi, kaleng dan benda yang tidak hancur lainnya jika ditimbun atau dibakar. Karena jika ditimbun, maka akan merusak tanah, demikian pula jika dibakar akan membuat tanah menjadi tidak bagus dan berdampak pada pemanasan global yang jika dibiarkan terus-menerus hanya akan merusak lingkungan.

Bagaimana cara kerja mereka?

1. Kelompok Pemulung mengantarkan sampah kotornya ke Dalang Collection dan sampah diharga Rp. 2.000 – 3.000 /kg.

Foto dok pri.

2. Kelompok Pencuci Plastik ( janda-janda tua) yang datang dari pemulung dengan upah Rp. 4.000 – 5.000 /kg.

foto-8-5914a7e87597730c2922bf22.jpg

3. Kelompok Mempola/ mengggunting plastik (para ibu rumah tangga), mengambil plastik yang sudah dibersihkan dan dipola sesuai dengan ukuran dan model kerajinan dengan upah Rp. 2.000 – 3.000 /kg.

Foto: Dok pri.

4. Kelompok Penjahit (para ibu/bapak rumah tangga), menjahit berbagai macam kerajinan dan diupah berdasarkan tingkat kesulitan, dengan upah Rp. 2.000 – 30.000 /jahitan.

Foto dok pri.

5. Kelompok Penganyam (para ibu rumah tangga), memanfaatkan sampah plastic sejenis deterjen (plastik tipis) untuk dianyam dan dibuat menjadi aneka kerajinan yang cukup unik dan menarik. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline