Lihat ke Halaman Asli

Julak Ikhlas

Peminat Sejarah dan Fiksi

Puisi | Perempuan yang Terlahir dari Semaian Kata-kata

Diperbarui: 13 Januari 2020   17:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: unsplash.com

Perempuan itu, ia terlahir dari semaian kata-kata. Bertumbuh di dalam buaian alinea-alinea prosa. Lalu menjulang di antara berbagai hipotesa. Terkadang menyaru sebagai sajak-sajak garang seorang pejuang. Terkadang pula menjelma menjadi senyap. Di mana hanya air mata yang berbicara.

Di kepalanya begitu banyak lembaran-lembaran usang bertuliskan ragam cerita. Berawal dari teluk roman tentang harapan dan cinta. Lalu berakhir di semenanjung hikayat tentang elegi dan obituari hati.

Sejatinya, ia telah terbabit dalam cakrawala yang teraniaya oleh tangan-tangan kuasa. Di antara sungai-sungai yang terbiasa mengalirkan limbah mercuri dan sampah orang-orang kota. Juga di antara tanah-tanah rimba yang meradang, terjerat debu jerebu api perluasan lahan.

Meski demikian, di hatinya masih tertanam benih-benih asa. Bertumbuh pada lembaran perkamen-perkamen rasa yang dibubuhi tanda cinta, sebagai bukti keberadaan jiwa.

Ia, perempuan yang mengaku terlahir dari semaian kata-kata. Telah terlatih dan tertatih membasuh air mata dengan air mata.

Angsana, 13 Januari 2020

Dokumentasi Kombatan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline