Lihat ke Halaman Asli

Iin Indriyani

Penikmat Keheningan

Cerpen | Rindu di Utara Formosa

Diperbarui: 26 Maret 2020   21:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Oleh; Iin Indriyani

Ini bukan membahas tentang cinta. Bukan semata tentang rasa. Bukan pula dorongan dilema hati yang menyiksa. Tapi tentang keputusan hati yang berlandaskan iman dan takwa. 

Kita diajarkan untuk adil dalam memilih keputusan. Kita diajarkan untuk menyeimbangkan antara habbluminallah dan habbluminnaas. Kita belajar tegas tanpa egois. Kita belajar memaknai cinta tanpa memandang untuk siapa. 

Manusiakah? Binatangkah? Tumbuhankah? Seberapa bersih diri kita hingga hati begitu hitam dengan kesombongan. Seberapa suci jasad kita hingga hobi mengoleksi keburukan orang lain. 

Pernahkah kita berdiri di depan cermin dan menatap lekat wajah kita. Jangan lama-lama, satu menit saja. Apakah masih sanggup kita tersenyum di depan wajah kita sendiri yang amat berlumur dosa?

***

Malam ini langit teduh. Pohon-pohon bergoyang gemulai nampak bertasbih kepada Rabi Semesta Alam. Semilir angin mengiringi langkah kakiku di depan rumah kawan baikku di negeri ini, Formosa. Seplastik ayam goreng lengkap dengan teh merah dingin telah berada di genggaman tanganku. 

Kugoyangkan plastik makanan itu seirama dengan langkah kakiku. Seketika sisa senyum di bibirku terhenti. Aku menatap ke arah langit yang cerah tanpa bintang. Hatiku tersayat oleh bayangan seseorang. 

Seseorang yang lima hari terakhir ini telah membuatku merasa kehilangan. Amat kehilangan. Sedang apa dia sekarang? Sehatkah? Sudah makankah? Apa ia bisa tertidur pulas dalam kecekaman nan jauh di sana?

Aku menunduk sedih. Gumpalan bening siaga di sudut mataku. Aku duduk di samping kanan jalan dengan lemah. Ya, lemah sekali. Terjatuh bagai debu yang terhempas tiada arti. 

Kembali kutatap langit yang masih tenang dengan kecerahan tanpa bintangnya. Wajah fotogenik itu kembali menyeruak di ingatanku. Kecerahan langit seketika padam, sirna. Kalah oleh kerinduan hatiku saat itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline