Lihat ke Halaman Asli

Keutamaan Bulan Ramadhan (Edisi 2)

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="attachment_227996" align="alignleft" width="225" caption="Ilustrasi Pribadi"][/caption]

Setelah Nabi Saw menjelaskan mengenai shaum dan Tarawih, beliau menganjurkan para sahabatnya agar menunaikan ibadah fardhu dan sunnah-sunnah lainnya. Pahala mengamalkan satu sunnah pada bulan Ramadhan sama dengan pahala mengerjakan amalan wajib diluar Ramadhan. Dan pahala mengerjakan amalan wajib pada bulan Ramadhan sama dengan pahala menunaikan tujuh puluh amalan wajib diluar bulan Ramadhan.

Untuk itu, hendaknya kita memikirkan keadaan ibadah kita. Kita sangat memerlukan amal shalih sehingga dalam bulan yang penuh berkah ini hendaknya kita berfikir, sejauh manakah perhatian kita dalam menyempurnakan kewajiban dan menambah amalan sunnah. Keadaan kita dalam menunaikan amalan fardhu pada saat ini adalah sebagai berikut : Biasanya, kita meneruskan tidur setelah sahur, sehingga kita menqadha shalat shubuh, atau setidaknya tertinggal shalat berjamaah. Semestinya kita bersyukur kepada Allah Swt yang telah memberi kenikmatan makan sahur dengan menunaikan kewajiban yang telah diperintahkan kepada kita.

Betapa beruntung orang yang tidak terikat dengan kesibukan dunia dan berusaha memperbaiki kehidupannya dalam bulan ini, setelah melewati sebelas bulan lainnya dengan sia-sia. Bagi yang bekerja dari jam delapan sampai jam empat, tentu tidak memberatkan jika pada bulan ramadhan, dari shubuh sampai jam kerja, menggunakan waktunya untuk membaca Al-Qur’an. Meskipun sibuk dengan urusan dunia, kita tetap mempunyai waktu untuk membaca Al-Qur’an, bahkan pada jam kerja sekalipun.

Bagi yang sibuk di pertanian, yang tidak bekerja atas perintah orang lain, jelas tidak ada yang menghalangi untuk membaca Al-Qur’an ketika bekerja di sawah. Mereka bebas menggunakan waktu kerjanya sambil duduk-duduk untuk membaca Al-Qur’an. Demikian pula bagi para pedagang, Pada bulan Ramadhan, setidaknya mereka bias membaca Al-Qur’an selama jam kerja atau menghentikam perdagangannya sebentar untuk membaca Al-Qur’an. Bagaimanapun, ada hubungan yang erat antara Ramadhan dengan Al-Qur’an. Karena itulah hamper semua kitab-kitab Allah diturunkan dalam bulan ini.

Begitu pula Al-Qur’an telah diturunkan dari Lauhul-Mahfuzh ke langit dunia pada bulan Ramadhan. Lalu diturunkan berangsur-angsur menurut kejadiannya dalam jangka waktu kurang lebih 23 tahun. Selain itu Nabi Ibrahim As juga telah menerima shuhufnya (kitab suci) pada tanggal 1 atau 3 Ramadhan. Nabi Dawud As menerima Zabur pada tanggal 18 atau 12 Ramadhan, Nabi Musa As menerima Taurat pada hari ke-6, Nabi Isa As menerima injil pada hari ke-12 atau ke-13.

Dari sini dapat diketahui adanya hubungan yang erat antara kitab-kitab Allah dengan Ramadhan. Oleh karena itu, hendaknya kita membaca Al-Qur’an sebanyak mungkin pada bulan ini. Demikianlah kebiasaan yang dilakukan oleh para waliyullah. Jibril As juga membacakan seluruh Al-Qur’an kepada Nabi Saw pada bulan Ramadhan. Riwayat lain menyatakan bahwa Nabi Saw yang membaca Al-Qur’an dan Jibril As yang mendengarkannya.

Dengan menggabungkan riwayat-riwayat tersebut, para ulama mengatakan, adalah mustahab (sangat dianjurkan) membaca Al-Qur’an dengan cara seperti itu (yang satu membaca dan yang lain mendengarkan secara bergantian). Bacalah Al-Qur’an kapan saja ada kesempatan, sehingga waktu tidak disia-siakan.

Mutasalsilatun……………….




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline