Lihat ke Halaman Asli

Paman, Aku Tetap Akan Membela Bumi Hindia

Diperbarui: 7 Oktober 2016   21:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Warni berharap cemas. Ia memikirkan keselamatan ayahnya di dalam perjalanan. Ia berjalan mondar-mandir sambil menundukkan kepala. Van Len duduk di atas kursi kayu. Ia meminum secangkir teh hangat. Ia meneguknya penuh kenikmatan. Asap keluar dari teh itu. Van Len menghirupnya, semakin memanjakan indera penciumannya. Van Len berdiri. Ia menatap Warni dengan pandangan lunak.

“ Aku ingin kembali ke hutan,” kata Van Len pelan.

“ Aku juga begitu.”

Van Len berjalan pelan menuju luar rumah. Warni mengikutinya di belakang. Suara mesin mobil terdengar keras di luar. Van Len melirik ke arah jendela yang terbuka. Mobil Jeep berjalan pelan menuju rumah Warni. Ia tersentak. Ia melihat pamannya berada di dalam mobil itu. Mereka tampak berpakaian tentara. 

Van Len langsung menghimbau Warni,

“ Warni, tolong kau pergi jauh dari sini ?”

“ Ada apa Len ?”  tanya Warni keheranan.

“ Kau dengar suara mobil itu ?”

“ Ya, aku mendengar jelas suara itu.”

“ Tentara musuh telah mengetahui keberadaan kita. Paman beserta beberapa tentara datang ke sini. Mereka akan mendobrak rumah ini jika kau menguncinya. Tolong pergilah. Mereka menginginkanku, bukan dirimu. Aku takut kau terluka.”

“ Aku tak bisa meninggalkanmu sendiri. Aku akan ikut bersamamu.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline