Lihat ke Halaman Asli

Guru Agama Harus Belajar Dari Bom Boston

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tamerlan Tsarnaev dan Dzhokar Tsarnaev adalah dua pelaku Bom Boston yang relatif masih muda. Aksi mereka jelas menunjukkan aksi terorisme yang tidak menutup kemungkinan dilandaskan pada agama sebagaimana hal dengan aksi-aksi terorisme yang sebelum-sebelumnya. Oleh karena itu, guru-guru agama berkewajiban memberikan pemahaman yang benar tentang agama (khususnya Islam) kepada murid-muridnya.

Belakangan ini memang terdengar kabar bahwa gerakan terorisme mencoba melakukan rekrutme terhadap anak muda. Di mana alam pikir anak muda dijejali dengan doktrin-doktrin keagamaan untuk memunculkan fanatisme dan rasa benci terhadap musuh-musuh Islam.

Dalam hal ini, bagi guru agama adalah bagaimana meluruskan pandangan murid-muridnya tentang konsep "Jihad". Di dalam Islam memang dikenal sebuah istilah "Jihad" akan tetapi, masih banyak dari kalangan ummat Islam itu sendiri salah dalam memahami "Jihad". Terminologi "Jihad" selalu diidentikkan dengan perang, padahal tidak demikian adanya. Jihad adalah kesungguh-sungguhan dalam beribadah dan beramal sholeh guna mendapatkan ridhah Allah. Jadi, Jihad tidak selamanya berperang misalnya, bagi seorang siswa jihadnya adalah belajar dan berkarya.

Maka dari itu, tragedi Bom Boston cukup menjadi ajang pembelajaran khususnya guru-guru agama. Iman adalah keselarasan antara tiga hal, yakni pengetahuan yang benar, keyakinan yang benar, dan amalan yang benar. Ini yang perlu ditanamkan oleh guru-guru agama kepada muridnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline