Lihat ke Halaman Asli

Jangan Bubarkan Terminal Khusus TKI!

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perbaiki pelayanan itu yang terpenting!

Keputusan Menakertrans mengenai bolehnya TKI Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) untuk pulang langsung tanpa lewat Terminal 4 (terminal khusus kedatangan TKI) tampak sekali diambil tanpa mempelajari kejadian-kejadian mengenaskan di masa silam yang menimpa TKI sebelum terminal khusus ini dibentuk.

Saya yakin, kejadian di masa silam (TKI PLRT dibawa ke hutan lalu diperas habis-habisan) bakal terulang. Bahkan pernah ada berita setelah diperas oleh supir travel gelap, sang TKI PLRT ditinggal begitu saja di hutan. Itu tak sekali-dua kali terjadi. Belum lagi yang dihipnotis.

Memang di Terminal khusus sekarang ini, kejadian peras-memeras, masih terdengar. Namun dalam jumlah yang jauh lebih kecil. Dan relatif lebih gampang diawasi.

Kalau pembaca tahu pasti bagaimana perekrutan TKI berawal, pasti setuju dengan pendapat saya. Bagi yang belum tahu, ada baiknya saya uraikan: sponsor/calo/petugas lapangan (PL) menjemput calon TKI dari rumah mereka masing, masing untuk diantar ke kantor cabang. Sebelumnya sponsor/calo/PL telah mengurus dan membayar tetek bengek dokumen yang diperlukan. Sesampai di kantor cabang, calon TKI menginap sembari diuruskan rekomendasinya di Disnakertrans. Lalu calon TKI dengan didampingi petugas dari kantor cabang PJTKI/PPTKIS dibawa ke kantor pusat dimana proses akhir diselesaikan.

Begitu proses akhir selesai, calon TKI siap diterbangkan dan didampingi oleh staf PJTKI/PPTKIS hingga check in di bandara.

Jadi mulai dari rumah hingga detik-detik akhir penerbangan, semua mobilisasi dan transportasi diurus oleh staf PJTKI/PPTKIS.

Bisa dibayangkan, sementara TKI PLRT itu di luar negeri bekerja di wilayah domestik, rumah orang, yang segala macam transportasi diurus/disediakan oleh majikan atau bahkan banyak yang tak pernah keluar rumah selama bekerja sepanjang minimal dua tahun!

Lalu saat pulang, majikan yang antar sang TKI hingga ke bandara dan setiba di Indonesia dilepas begitu saja! Sementara mereka tak punya pengalaman sama sekali untuk membeli tiket pesawat, pergi ke terminal bus, ke stasiun kereta api, ke travel dan sebagainya. Entah berapa puluh ribu setiap tahunnya TKI kita yang berangkat dan mengalami hal-hal yang serba pertama dalam hidup mereka. Pertama kali ke kota besar, pertama kali tinggal jauh dari rumah, pertama kali ke kantor pemerintahan, pertama kali naik pesawat dan sebagainya.

Dan perlu diingat sebagian besar TKI PLRT kita adalah orang desa yang sebagian besar juga hanya berpendidikan SD, SMP atau bahkan tak tamat SD!

Kecuali TKI PLRT yang berangkat re-entry (cuti), apalagi yang berkali-kali, bolehlah dilepas untuk pulang sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline