Lihat ke Halaman Asli

Geraldo Horios

没有人 v ホセ

Lakukan Hal Ini Jika Kamu Ingin Buka Usaha Kuliner, Kafe, atau Restoran

Diperbarui: 6 April 2022   12:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Tidak jarang rantai pasokan makanan dan klien restoran juga menghasilkan banyak sampah, termasuk sampah makanan dan sampah plastik. Secara keseluruhan, jenis limbah ini menyebabkan 8% emisi gas rumah kaca dunia. Restoran, kafetaria, toko kelontong, atau toko roti dapat berkontribusi terhadap pencemaran air jika mereka gagal mencegah partikel makanan, minyak, lemak, dan bahan kimia pembersih menyebar ke jalan, selokan, dan sungai. Mengapa hal ini bisa terjadi? Setidaknya ada 3 tantangan utama bagi restoran untuk ramah lingkungan.

1. Sumber bahan

Sumber bahan lokal, bahan musiman, dan produsen pendukung adalah salah satu dampak positif terbesar yang dapat ditimbulkan restoran terhadap lingkungan. Anggap saja kamu punya usaha restoran ayam di Medan. Restoran kamu mendadak terkenal. Persediaan stok makanan yang hanya bisa dipesan sebulan sekali sudah habis, dan tidak ada supplier lain yang bisa memberikan kamu ayam untuk penjualan esok hari. Di posisi ini kamu pasti akan langsung membeli ayam dari pasar terdekat agar penjualan tetap jalan. Namun, kamu tidak tau bagaimana ayam itu dikembangbiakan dan tidak tau berapa banyak limbah yang telah dihasilkan dari pembudidaya tersebut.

Sebagian besar restoran menghasilkan kerusakan lingkungan yang termasuk melepaskan emisi melalui produksi ternak, dan semua hal yang berhubungan dengan ternak. Tentu saja, bagi beberapa pengusaha akan lebih memikiran profit daripada mengurus hal ini. Namun, kamu belum bertemu dengan pembeli yang hanya ingin makan ayam organik. Permasalahan lainnya bisa muncul jika konsumen lebih memilih ayam organik dibandingkan ayam biasa. Kamu akan semakin memikirkan bagaimana mencari supplier yang tepat dan hanya menemukan supplier ayam organik ada di Pulau Jawa. Dalam sumber bahan, pelacakan bahan baku menjadi tantangan utama bagi pengusaha.

2. Tidak menggunakan plastik sekali pakai di dapur

Air kemasan, pembungkus, sedotan, cangkir kopi, peralatan makan merupakan barang dari plastik sekali pakai yang akan Anda temukan di sebagian besar dapur restoran. Hambatan terbesar, sebagian besar pengusaha adalah pemasok. Walaupun anda selalu menggunakan palmware biodegradable atau piring kompos untuk makanan jalanan. "Tapi plastik sekali pakai adalah pertempuran berkelanjutan dengan pemasok, hanya membuat mereka berhenti memasukkan satu ayam ke dalam kantong plastik besar." Penanganan plastik sekali pakai merupakan tantangan dari pengusaha maupun supplier.

3. Menempatkan sisa makanan di menu

Pernah membayangkan kemanakah sisa makanan yang tidak habis di piring ataupun sisa bahan yang hanya bisa bertahan beberapa hari. Pengusaha dan chef perlu memikirkan cara kreatif untuk menggunakan bahan baku sisa sebagai hidangan penutup atau lainnya untuk menanggulangi hal ini.

Menanggani 3 hal diatas dapat menjadi cara bisnis kuliner anda berada di garis terdepan dalam ramah lingkungan. Tentu saja menjadi nilai lebih dalam brand dan produk anda.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline