Lihat ke Halaman Asli

Y. Edward Horas S.

TERVERIFIKASI

Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Perenungan Belajar Cerpen dalam Buku Ke-9

Diperbarui: 9 November 2021   20:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku ke-9 saya, Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2), sumber: dokumentasi pribadi

Hari ini saya senang, sampul buku ke-9 berjudul "Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2)" selesai. Dari tampilan, tidak jauh beda dengan yang dahulu. Ya, buku itu merupakan kelanjutan dari buku "Praktik Mudah Menulis Cerpen".

Kedua buku itu sama, masing-masing terdiri dari 20 tulisan yang membahas seputar penulisan cerpen beserta tetek bengeknya. Daftar tulisan sudah saya tulis di: Saya Ikhlas Berbagi Ilmu-ilmu Cerpen ini.

Buku "Praktik Mudah Menulis Cerpen" (pojok kiri bawah) dan tujuh buku lain yang sudah ada dahulu, sumber: dokumentasi pribadi

Pada dasarnya, saya tidak pernah dengan sengaja memberi target atas kehadiran buku ini. Saya memang suka membaca cerpen-cerpen para pengarang besar sebagai bahan belajar. Saya orangnya lewah pikir, alias pasti menyelidiki segala bagian cerpen yang saya baca.

Pertanyaan-pertanyaan timbul atas setiap kemenarikan bagian. Mengapa bagian cerpen ditulis di sini? Bagaimana cara agar akhir cerita menyambung dengan awal tanpa tidak terlalu terlihat perpindahan adegan?

Agar karakteristik, gaya menulis, alur cerita yang saya pahami tidak hilang, saya tuliskan dalam artikel. Seiring dengan semakin banyak cerpen yang saya baca, semakin banyak pula artikel pembahasan.

Di samping terus mengarang cerpen, artikel juga dituliskan. Ada beberapa yang mendapat Artikel Utama. Saya senang. Pada intinya, bukan karena kemudian jadi banyak pembaca sehingga barangkali memengaruhi jumlah K-Rewards.

Bukan pula untuk menenarkan saya sebab tampil di halaman muka Kompasiana. Tetapi, lebih kepada bagaimana ilmu yang saya ikat dalam artikel telah saya bagikan kepada banyak orang.

Saya sungguh bersyukur, masih sehat sampai sekarang. Masih bisa berpikir baik dalam memahami sebuah buku. Masih pula dapat menyarikan inti-inti pembelajaran darinya. Itulah ucapan syukur saya dengan cara membagikannya.

Kalau mau saya simpan sendiri untuk kemahiran saya menulis cerpen, bisa saja. Tetapi, buat apa? 

Saya tidak tahu, siapa yang baca. Mungkin terasa sepele jika diketahui oleh pengarang yang sudah banyak makan asam garam. Tidak menutup kemungkinan juga, buku itu memberi pencerahan kepada pengarang pemula.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline