Lihat ke Halaman Asli

hilyatul illmi

Mahasiswa Uin Syarif Hidayatullah Jakarta

Dakwah yang Berkaitan dengan Politik

Diperbarui: 29 April 2024   16:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Politik Dakwah
Oleh: Syamsul Yakin
Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Hilyatul Ilmi Mahasiswa Uin Syarif Hidayatullah

Secara sosio-antropologis, dakwah berkaitan dengan politik Terdapat bukti bahwa kegiatan dakwah tidak hanya melibatkan manusia tetapi juga organisasi sosial dan keagamaan yang dikendalikan oleh manusia. Dakwah mempunyai pengaruh yang besar baik terhadap khatib (da'i) maupun khatib (mad'u)
Artinya subjek dan objek dakwahnya adalah manusia.

Maka, dakwah pada dasarnya adalah karya besar manusia yang bersinggungan dengan wilayah, sumber daya, dan kekuasaan. Secara historis zaman dan politik dakwah sudah sangat tua yaitu sejak adanya tugas dan fungsi yang harus dijalankan manusia di bumi Cakupan pekerjaan misionaris juga luas. Ada yang berpendapat bahwa dakwah adalah kebutuhan rasional, kebutuhan sosial dan budaya

Banyak orang sekarang yang meyakini bahwa dakwah adalah sebuah kebutuhan teologis, sebuah kewajiban agama yang berkaitan dengan pahala dan dosa. 

Setidaknya ada tiga paradigma  hubungan dakwah dan politik: paradigma komensalisme, paradigma integrasionis, dan paradigma instrumentalis

Paradigma simbiosis berpandangan bahwa dakwah dan politik saling membutuhkan. Dalam hal ini dakwah memerlukan politik. Karena politik mengembangkan dakwah inilah yang disebut dengan "berdakwah menggunakan politik"
Unsur utama dari kata ini adalah "berkhotbah"

Di sisi lain, politik memerlukan dakwah sebab dengan dakwah, politik bisa diperkuat dengan kerangka etika dan moral
Inilah yang disebut dengan "politik oleh dakwah. Selanjutnya, paradigma integrasionis menitikberatkan pada integrasi dakwah dan politik
 Politik juga termasuk dalam ranah dakwah
 Menurut paradigma ini, politik adalah institusi dakwah
Selanjutnya paradigma instrumentalis adalah paradigma yang memposisikan politik sebagai sarana atau alat  pengembangan dakwah Kebijakan Yamato harus memutuskan apakah akan menggunakan ketiga paradigma tersebut secara terpisah atau bersamaan, tergantung pada situasi dan kondisi para pelaku Yamato dari titik tertentu hingga batas waktu tertentu
Sebenarnya politik dakwah lebih tepat disebut taktik dakwah Contoh taktik politik atau  dakwah adalah dakwah kepada masyarakat desa
Tentu saja berbeda dengan berdakwah di jamaah perkotaan, baik pendekatan, strategi, maupun metodenya. Dengan cara ini, kebijakan dakwah dapat dilaksanakan secara fleksibel kebijakan dakwah dinilai efektif apabila didukung oleh faktor internal dan eksternal faktor internal adalah diri orang yang berdakwah, dan faktor eksternal adalah keadaan eksternal orang yang berdakwah. Konteks Dawa Non-pelaku mengacu pada tindakan dalam konteks masyarakat, media,  politik, ekonomi, dan hukum.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline