Lihat ke Halaman Asli

Mbah Amat, Si Penjual Jajanan Keripik di Pasar Beringharjo Yogyakarta

Diperbarui: 27 Juni 2022   00:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Potret mbah Amat yang sedang bergegas menuju masjid untuk sholat ashar. Dokumentasi: Penulis. 

Amat Syahid, mungkin tak pernah berpikir dia akan hidup sebatang kara di usianya yang sudah senja. Tapi inilah kisah hidupnya mbah Amat syahid wanita 80 tahun, yang harus menafkahi dirinya sendiri dengan berjualan keripik di Pasar Beringharjo Yogyakarta.

Setiap hari rabu dan minggu mbah amat berjualan keripik di pasar untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Dia hidup sebatang kara di usianya yang sudah senja dan sudah tak layak untuk bekerja lagi. Meskipun begitu mbah amat tidak urung dari semangatnya. Dia tetap berjualan tanpa ingin dikasihani.

"Meskipun hidup saya seperti ini saya gak mau dikasihani mbak, saya mau orang-orang membeli dagangan saya itu karena mau bukan karena kasihan," ungkap Mbah Amat saat diwawancarai (12 Juni 2022)

Mbah Amat berjualaan dari pukul 03.30 sampai 21.00 itupun kalau daganganya terjual habis, jika belum mbah amat bisa berjulan sampai dini hari.

"Seperti ini lah mbak, Hidup saya, jika tidak begini saya tidak bisa memenuhi kebutuhan saya sehari-hari" Ungkap mbah Amat 

Diketahui mbah amat syahid  mempunyai satu anak dan meninggal pada usia 21 tahun karena kecelakaan motor. Dan ditingalkan suaminya saat usia 65 tahun, karena serangan jantung. Dari musibah yang dia hadapi mbah Amat mau tidak mau harus menghadapinya sendiri.

Adapun barang dagangan yang dia jual yaitu hasil buatanya sendiri. Dimulai dari membeli bahan-bahan hingga proses pembuatan dan pengemasan dilakukan dengan sendiri. Macam macam keripik yang di jualnya dari mulai kacang kacangan, popcorn, dan opak yang terbuat dari nasi. Dengan modal 300 ribu bisa kembali dengan jumlah 400 ribu bahkan lebih.

"Alhamdulillah mbak untuk hasil dagangan saya selalu melebihi modal, itupun bisa di belikan lagi untuk bahan bahan dan sisanya untuk kebutuhan saya." Kata mbah Amat

Saya  berangkat  dari rumah pukul 03.30 dan selalu menyempatkan sholat subuh di pasar. Paginya saya berjualan di pendopo pasar setelah jam 10 pagi saya pindah kedepan meskipun itu pasti selalu ada razia yang melarang berjualan di depan pasar. Meskipun begitu, wajahnya selalu tampak gembira tak pernah terlihat perasaan sedih. Seyum ramah yang selalu ditampakan. Dia sangat menikmati perjalanan hidupnya bahlan banyak dari para pedagang lain yang menghiburnya, yang sudah dianggap sebagai keluarganya sendiri.

Diketahui mbah amat berasal dari Wonosari, Gunung Kidul. Sejak tahun 77  dia merantau ke Jogja untuk mencari nafkah. Pada saat itu dia berjulanan di angkringan dengan suaminya. Tapi semenjak suamianya meninggal dia memilih berjualan jajanan keripik di Pasar Beringharjo.  itupun rata rata pembelinya tukang becak, tukang delman bahkan sesama pedang asongan juga. Kehujanan, kedinginan dan kepanasan adalah hal yang lumrah dirasakan bagi Mbah Amat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline