Lihat ke Halaman Asli

Hany Ferdinando

TERVERIFIKASI

Penikmat buku dan musik yang suka tentang teknologi, psikologi, pendidikan, flora dan fauna, kebudayaan, dan hubungan antar manusia.

Pilihan yang Berdampak

Diperbarui: 14 Januari 2020   19:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://pixabay.com/

Sadarkah Anda bahwa kita sudah membuat pilihan ketika bangun di pagi hari? Kita dihadapkan pada pilihan antara bangkit dari tempat tidur atau tetap berbaring. Itu pun masih akan dilanjutkan dengan berapa lama akan terus berbaring. 

Setelah bangung pun, kita masih harus memilih aktivitas yang akan dilakukan, entah itu ke kamar mandi, ke dapur, membaca pesan di HP, dll. Pendek kata, hidup kita ini penuh dengan pilihan. Dengan demikian, memilih bukanlah hal yang asing untuk kita lakukan.

Namun, sering kali tidak mudah dalam memilih. Bahkan, sepertinya kita tidak pernah dihadapkan pada pilihan. Alih-alih bisa memilih, kita menghadapi situasi yang sepertinya mau tidak mau harus mengambil apa yang ada di depan mata. Benarkah demikian? Saya akan memberikan beberapa contoh supaya Anda bisa memahami maksud saya.

Marah vs. menahan diri

Setujukah Anda bahwa marah dan menahan diri adalah sebuah pilihan? Secara umum kita sadar akan hal ini, tetapi dalam kenyataannya tidak demikian. Banyk orang menyadari bahwa kita bisa memilih di antara keduanya, tetapi sedikit yang bisa melakukannya di situasi yang nyata.

https://pixabay.com

Misalnya, ada pengguna jalan lain yang memotong jalur Anda secara tiba-tiba sehingga Anda harus mengerem dengan cepat. Bagaimana reaksi Anda? 

Saya pikir, marah adalah reaksi yang normal, tetapi apakah kemarahan Anda akan segera reda atau akan terus 'dipleihara'? Saya sering menemui orang yang marah kepada pengguna jalan lain dan mengejarnya. 

Saya tidak tahu apa yang akan dilakukannya ketika sudah terkejar karena memang saya tidak berniat untuk mengikutinya. Namun, dari apa yang pernah saya dengar dari pertengkaran di pinggir jalan, rupanya orang yang mengejar tadi ingin melampiaskan kemarahannya dengan kata-kata yang kasar. Apakah itu sesuatu yang bermanfaat?

Menerima telepon sekarang juga atau nanti

Saya punya seorang teman yang saat kami sedang menikmati makan malam menegur saya untuk segera menerima telepon. Kala itu, kami makan ikan goreng, dan Anda tentu tahu bahwa makan ikan goreng lebih nikmat pakai tangan langsung. Jadi, saya berkata kepadanya bahwa saya masih sibuk makan dan telepon bisa ditunda.

 Selain itu, saya punya prinsip sederhana, ketika seseorang menelpon saya dan tidak saya terima, maka yang bersangkutan akan kembali menelpon jika ada sesuatu yang penting. Apalagi, saya bisa tahu siapa yang menelpon saya atau paling tidak tahu nomor mana yang baru saja melakukan panggilan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline