Lihat ke Halaman Asli

Hesty Dharmanita

si upik abu

(Bukan) Menunggu Godot

Diperbarui: 6 April 2020   08:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

bookofdaystales.com

Sejujurnya saya kurang bisa menikmati naskah yang ditulis Samuel Beckett, Waiting for Godot, tragicomedy in two acts (1949). Masterpiece yang ketika itu membuat saya penasaran, sebab seringkali diulas oleh para penulis hebat.

Bagi awam seperti saya, mengikuti dialog para tokoh dalam naskah tersebut terasa aneh dan menjemukan.

Begitu banyak hal dibicarakan oleh Vladimir dan Estragon, dua tokoh dalam cerita tersebut. Rupa-rupa, tak jelas. Dari mulai hal kecil tentang sepatu, wortel, sampai dengan filsafat teologi.

Begitu rumit, melompat-lompat dan campur aduk.

Tentu saja beberapakali saya tersenyum, pada bagian misalnya :

Saat Vladimir bertanya pada Estragon bagaimana rasa wortel yang Ia makan, dan reaksi kesal Estragon : "rasa wortel"

Atau pada sebuah percakapan yang absurd :

Estragon: Mungkin sebaiknya kita mengobrol.

Vladimir: tentang apa?

Estragon: Oh...tentang ini dan itu,  kukira, tidak ada yang khusus. Ya, aku ingat sekarang, kemarin malam kita menghabiskan waktu untuk mengobrol tentang hal -- hal tak tentu. Itu sudah berlangsung selama setengah abad.

Atau ketika seorang anak datang dan terus menerus memanggil Vladimir  "Mr. Albert" tanpa ada penjelasan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline