Lihat ke Halaman Asli

Herulono Murtopo

Profesional

Dari Srilanka, Paus Serukan Perdamaian

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Sahabat-sahabat terkasih, Saya bersyukur atas kesempatan untuk ambil bagian dalam pertemuan ini yang menyatukan antara lain, empat jemaat keagamaan terbesar secara menyeluruh kepada kehidupan Sri Lanka : Budha, Hindu, Islam dan Kekristenan." Demikian sambutan Paus di antara tokoh lintas agama di balai pertemuan internasional Bandaranaike Kolombo, Srilanka 13 Januari 2015 lalu. Tema umumnya adalah agama seharusnya tidak digunakan untuk membenarkan kekerasan.

Tentu saja yang banyak dirujuk kemudian adalah sebuah dokumen konsili vatikan II yang berisi pandangan gereja katolik terhadap agama-agama lain. "Gereja Katolik menyatakan rasa hormatnya yang mendalam dan tak kunjung hilang terhadap agama-agama lain. Gereja menyatakan bahwa ia "tidak menolak apa yang benar dan kudus dalam agama-agama ini. Ia menjunjung tinggi cara hidup dan perilaku mereka, ajaran-ajaran dan doktrin-doktrin mereka" (Nostra Aetate, 2). Dari pihak saya,  saya ingin menegaskan kembali rasa hormat yang tulus dari Gereja bagi Anda, tradisi-tradisi dan keyakinan-keyakinan Anda," katanya.

Dokumen-dokumen resmi keagamaan yang semacam ini memang menjadi khas dalam gereja katolik karena ajarannya yang universal sekaligus mendorong pemimpin-pemimpin umat katolik untuk berani berdialog dan bekerja sama dengan penganut kepercayaan yang lain. Menurut dokumen ini, kebenaran ada dalam setiap agama bahkan kepercayaan yang tidak berlabel agama namun menaati suara hatinya yang terdalam dan paling jujur. Seraya, pada saat yang sama, dokumen tersebut mengajak setiap orang untuk dengan kebesaran hati 'memaafkan sejarah' yang mungkin kelam.

Simbol perdamaian itu, semakin kentara manakala Paus kemudian pada tanggal 15 kemarin di bekas zona perang di Sri Lanka, Paus menyampaikan pesan harapan. Dari Srilanka, Filipina akan menjadi tempat kunjungan Paus berikutnya. Saya yakin, seruan-seruan semacam ini tetap dibutuhkan dalam merayakan keberagaman keberagamaan yang semakin lama justru menunjukkan pendangkalan secara politis dan ditengah-tengah hilangnya pengaruh agama di ruang-ruang publik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline