Lihat ke Halaman Asli

Herry Gunawan

seorang pemuda yang peduli

Tinggalkan Kekerasan, Kuatkan Perdamaian Indonesia

Diperbarui: 18 Agustus 2017   19:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: twitter.com/ehjogja

Indonesia baru genap 72 tahun merayakan kemerdekaan. Banyak kemeriahan yang terjadi selama perayaan kemerdekaan. Kegembiraan juga terpancar dari seluruh masyarakat Indonesia. Namun, kegembiraan ini juga harus dijaga agar bisa tetap terkontrol. Karena masih banyak pekerjaan harus dilakukan bangsa ini. Sebagai negara besar, ancaman demi ancaman terus terjadi. Dan sebagai generasi penerus, kita juga tidak boleh tinggal diam. Meski sudah tidak ada penjajahan secara fisik, namun ancaman terhadap negeri ini masih terus terjadi.

Salah satu ancaman terhadap Indonesia adalah, maraknya paham radikalisme yang bisa berpotensi menimbulkan tindakan teror. Seperti kita tahu, bibit dan jaringan terorisme di Indonesia masih ada. Meski Aman Abdurrahman, pimpinan Jamaah Anshorut Daulah (JAD) yang ditengarai berafiliasi dengan ISIS masih ditahan dipenjara, kenyataannya ajarannya masih bisa disebarluaskan. Meski Bahrun Naim diduga masih berada di Suriah, kenyataannya perintahnya masih didengar oleh jaringannya di Indonesia. Akibatnya, ancaman teror di Indonesia masih terus terjadi. Bahkan, beberapa hari sebelum perayaan kemerdekaan, Densus 88 berhasil menggagalkan rencana teror yang akan diledakkan di istana negara.

Tidak hanya teror, paham radikalisme juga bisa merubah karakter masyarakat Indonesia yang ramah menjadi masyarakat yang pemarah. Radikalisme juga merubah masyarakat yang penolong, menjadi orang yang suka melakukan tindak kekerasan. Orang yang awalnya suka menyapa orang lain, kini gemar menebar kebencian. Semuanya itu adalah fakta yang terjadi di negeri yang toleran ini. Indonesia yang ramah telah disusupi oleh radikalisme, yang telah merubah karakter dan keberagaman Indonesia.

Hal semacam itu, harus segera ditinggalkan. Sudah cukup generasi kita menjadi korban dari radikalisme dan terorisme. Jika kita melihat yang terjadi, hampir semua pelaku aksi terorisme saat ini adalah generasi muda. Tidak sedikit anak-anak dan remaja juga terpapar paham radikalisme. Artinya, anak mudah masih menjadi target yang efektif bagi kelompok radikal. Jika kita para orang tua tidak memberikan perhatian yang lebih kepada anak dan keluarga kita, mereka akan mudah terpapar jika tidak ada pemahaman yang kuat.

Jika selama ada sebagian dari kita memilih jalur radikal, dengan cara menebar kebencian dan melakukan tindak kekerasan, saatnya untuk berubah. Para pemimpin juga harus aktif menebarkan pesan damai di masyarakat. Indonesia akan hancur berkeping-keping, jika tidak diselamatkan oleh penduduknya sendiri. Ingat pidato Bung Karno dalam peringatan kemerdekaan pada tahun 1964, "Tuhan tidak merubah nasib suatu bangsa sebelum bangsa itu merubah nasibnya".Ungkapan Bung Karno ini, terinspirasi dari ayat Al Qur'an Surah Ar-Ra'd ayat 11 yang artinya "Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka".

Indonesia bisa mendapatkan kemerdekaan setelah 350 hidup dalam penjajahan, juga karena keinginan untuk merdeka. Indonesia bisa menjadi negara yang berkembang dan maju seperti sekarang ini, juga karena keinginan kita semua. Hal yang sama juga bisa kita terapkan, untuk bisa merdeka dari pengaruh radikalisme dan terorisme. Bisa dilakukan jika semuanya bergendengan tangan, menguatkan kearifan lokal bangsa kita. Mari tanankan bibit perdamaian yang telah ada sejak dulu. Dengan cara meninggalkan kekerasan dan memperkuat perdamaian, Indonesia akan terus menjadi negara yang toleran dan terbebas dari pengaruh bibit radikal. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline