Lihat ke Halaman Asli

Hera Veronica Suherman

Pengamen Jalanan

Puisi | Cerita dalam Secangkir kopi

Diperbarui: 21 Maret 2020   08:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source Image | Thestrorypedia.com

Mendung kelabu menggantung di langit Jakarta, hari ini cuaca tidak sedang bersahabat.

Secangkir kopi dan bakar rokok
menjadi ritual yang menyenangkan
seraya duduk di beranda menatap rinai hujan yang mulai turun

Membasahi kotaku...  tercium aroma tanah basah.

Mencicipi tubuh cerutu di tengah cuaca
dingin begini
di temani secangkir kopi hitam

Ah... perpaduan cita rasa yang sempurna
kenikmatan yang tak terbantah
adakah yang lebih nikmat...

Manakala kebuntuan hinggap
ku rasakan kram di otak
dan isi kepala seolah tak mampu lagi
di ajak tuk mencerna

Maka kuraihlah ia dari saku celana
cerutu dan kopi ibarat dua sejoli
yang tak terpisahkan
keduanya selalu ada saat perjamuan suci

Cerutu...
penawar lidahku yang serasa tawar
temaniku lalui sepi yang serasa menggigit
setidaknya ia tidak pernah berkhianat
apalagi sampai menikam dari belakang

dan secangkir kopi...
aku lah penikmatnya meski pahit, namun tak seberapa pahit di banding lika-liku hidupku

Diantara liukan asap bayangmu menari
pada genangan kopi di cangkir
wajahmu tertera disana

Secangkir kopi kerap kali menyeret anganku pada jejak lalu. Ampas dan bara menjadi saksi bisu
sekeping rindu yang masih milikmu...

Written By Hera Veronica
Jakarta,
March 21,2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline