Lihat ke Halaman Asli

Marhento Wintolo

Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh

Matilah Secara Sadar sehingga Tidak Cemas

Diperbarui: 3 Juni 2021   13:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Mati Sadar

Mati sadar berarti cara mati yang tepat. Mati sadar berarti kita meninggalkan dunia ini dengan penuh kesadaran. Sadar bahwa kematian merupakan keniscayaan. Kemudian juga harus memahami juga: 'Sesungguhnya kematian itu apa?'

Dengan menyadari bahwa kematian adalah suatu proses yang harus dijalani, maka kita kita tidak menjadi cemas saat menghadapi kematian. Bahkan kita bisa mempersiapkan dengan baik bekal apa saja yang kita butuhkan.

Bekal yang dibutuhkan

Kematian bukanlah akhir dari kehidupan. Kematian tubuh kita tidak akan membuat kehidupan di dunia ini berakhir. Kehidupan dunia akan terus berlangsung. So, kematian bukan lawan kata hidup tetapi lawan kata kata lahir.  Pemahaman ini yang mesti kita jadikan bekal untuk menghadapi kematian.

Kita juga harus paham atau sadar bahwa sesungguhnya tidak titik henti setelah mati. Yang kita tinggalkan adalah tubuh di dunia ini. Tetapi yang menghuni tubuh tidak mati. Ibarat kendaraan mobil. Mobil rusak harus ditinggalkan oleh sang pemilik atau sopir/driver. Hal ini tidak beda dengan komputer sebagai hardware dan perangkat lunaknya (software).

Inilah yang disebut pengetahuan sejati.  Pengetahuan sejati berarti menyadari bahwa segala sesuatu di dunia ini hanyalah sebagai pengulangan.

Lantas bekal seperti apa yang kita butuhkan?

Dengan pengetahuan sejati tersebut, bagi mereka yang telah memahaminya akan semakin sadar bahwa sesungguhnya kita semua terhubung oleh sesuatu yang abadi yang berada dalam setiap makhluk. Hidup selaras dengan alam berarti kita tidak saling menyakiti. Karena sadar bahwa ada sesuatu yang satu dan sama dalam diri setiap makhluk.

Berbuat kebaikan

Banyak orang berpikir bahwa kita berbuat kebaikan dan berbuat kebaikan selama hidup, termasuk saya dahulu. Namun sesungguhnya berbuat kebaikan pun menjadi beban saat roh meninggalkan badan. Ya selama ini Jiwa invidu yang merupakan percikan Sang Maha Jiwa ingin mengembara ke dunia untuk mengalami ciptaan Nya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline