Lihat ke Halaman Asli

Hennie Engglina

TERVERIFIKASI

Pelajar Hidup

Hidup Tanpa Gaji

Diperbarui: 29 Januari 2019   23:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri_AWomanInBangkok

Gambar tajuk menunjukkan seorang perempuan yang sedang tidur di emperan toko di Bangkok Thailand.

Saya mencari-cari kalau ada kaleng kecil atau apapun serupa tempat menaruh uang kalau-kalau ia seorang pengemis. Tidak ada. Hanya ada gelas berisi botol kecil air mineral dan segelas minuman dingin yang tampak setengah sudah diminum. 

Mungkin ia bukan pengemis. Apakah ia gila? Tidak tahu. Tidak ada orang di sekitar tempat itu untuk bertanya. Hanya ada orang-orang yang sedang lalu-lalang seperti halnya saya yang hanya melintas di situ.

Ingin menyelipkan sesuatu di bawah tas putih alas kepalanya. Akan tetapi saya kuatir, ia kaget dan salah paham yakni mengira saya hendak bermaksud jahat kepadanya. Kalau ia tidak gila, bisa saya ajak ngobrol. Namun, kalau gila, ceritanya bisa berbeda.

Apalagi di sini umumnya orang tidak begitu memahami bahasa Inggris. Saya kuatir maksud saya bisa salah dipahami apalagi saya tidak tahu mengapa ia tidur di situ. Tak dapat berbuat apa. Hanya sebaris doa untuknya, "Tuhan, kasihanilah", sebelum saya meninggalkannya.

Banyak orang yang hidupnya seperti ini. Di Indonesia juga tidak kalah banyak. Tak bermaksud mengecilkan apalagi merendahkan, tetapi dari fakta kehidupan seperti ini makin membuat saya bersyukur atas apapun keberadaan hidup saya.

Memilih pelayanan umum beresiko hidup tanpa gaji. Pelayanan umum adalah pelayanan lintas gereja. Otomatis tidak bergaji lagi seperti dulu saat saya masih fokus di satu jemaat. Dari pelayanan freelance itulah ada saja berkat Tuhan yang mencukupkan keperluan hidup saya.

Burung di udara pun Ia pelihara apalagi kita manusia. Itu terbukti nyata di hidup saya. Saya di Bangkok ini saja, satu rupiah pun bukan uang saya sendiri. How come? Karena Tuhan ada

Lihatlah ibu di foto itu! Lihatlah mereka di jalan yang kita lewati setiap hari! Ada yang mengemis, ada yang menjajakan jualan di terik panas dan derai hujan, ada yang berjalan tak tentu arah tanpa menyadari dirinya lagi, ada yang tidur di jembatan, di bawah kolong jembatan, di emperan toko, dan sebagainya. 

Apakah kita juga seperti itu untuk hidup?

Harusnya kita tidak lebih kuatir dari mereka. Harusnya kita lebih bersyukur bahwa walau hidup ini penuh dengan banyak kesusahan, kesulitan dan penderitaan, tetapi kita tidak sampai harus hidup sekeras mereka berjuang untuk tetap hidup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline