Di pertengahan bulan Maret 2021 lalu, saya berdua dengan istri berkesempatan berlibur di kota Manhattan untuk kedua kalinya. Yang pertama kami nginap di downton atau China town, dan baru2 ini kami nginap di midtown 53 str dan 7 th ave, untungnya letak hotel Sheraton hanya beberapa blok dari Times Square..
Kalau downrown tempat bisnis orang china, selain jadi pusat perdagangan, juga budaya mereka ada disini, misalnya klenteng, restaurant2, pedagang bunga/sayur yang mereka pajang di trotoar, atau pasar ikan yang berbeda dengan di super market. Sedang midtown, selain menjadi pusat perdagangan barang2 mewah di 5 th Avenue, juga tempat hiburan buat pelancong dari seluruh dunia. Saya lihat banyak turis2 kulit putih kebingunan cari sesuatu di map kecil.
Kata Times Square berasal dari potongan kata New York Times karena koran beken ini ber kantor dekat situ. Sedang kata Square adalah luas areanya dan tidak persis bersegi empat.
Banyak turist berdatangan ke pusat keramaian ini, karena bermacam hiburan tersedia, seperti theater, pusat perbelanjaan, gedung bioskop, toko2 souvenir, clown, pantomin, manusia patung, manusia2 dicat tubuhnya berwarna-warni, service bus wisata mengelilingi Times Square, dan masih banyal lagi kegiatan lainnya.
Di hari pertama kami tidak terlalu seru, karena waktu habis ngurusin sesuatu di Queens/kecamatan, dan sewaktu balik ke Manhattan hari sudah malam dan kecapean.
Ke esokan harinya, di hari terahir barulah bisa ngelencer lebih santai. Namun apa yang kami temui di ibu kota dunia ini, sama sekali jauh dari bayangan kami.
Pinginnya senang2 ternyata kami jumpai suasana yang suram, banyak department store, restaurant2, gedung2 theater pada tutup atau belum buka. Dari luar jendela kaca besar saya lihat ruang kosong dan kotor.Begitu pula dengan orang2 yang mempromosikan sesuatu di trotoar pada menghilang. Pelancong2 pun hanya beberapa orang celingak-celinguk.
Sewaktu saya butuh W.C., tidak satu tokopun menyediakannya dan hanya satu dua orang pembeli yang mgantri di depan kasir.. Demikian pula toko2 souvenir yang "memperlihatkan" ber-macam2 cendera mata, seperti; kaos2 NYC, topi2 NYC, gantungan kunci, jaket2, dlsbnya juga sepi, sampai2 satu dua pegawai mereka berdiri di depan toko dengan senyum di buat semanis mungkin.
Namun lampu2 hias, layar2 tv raksasa setinggi gedung tetap nyala terus menyiarkan berita lokal dan dunia. Tapi di bagian bawah dimana bisnis biasanya padat di kunjungi turis/pembeli nampak sepi sekali. Yang sering saya jumpai adalah karyawan2 berlari-lari kecil ke tempat kerja atau gelandangan sedang bersandar di suatu sudut di bawah siraman hujan rintik2.