Lihat ke Halaman Asli

Hendra Josuf

berdiam di new york city, usa

Manhattan

Diperbarui: 27 April 2021   06:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokprib/46str

Di  pertengahan bulan Maret 2021 lalu, saya berdua dengan istri  berkesempatan  berlibur di kota Manhattan untuk  kedua kalinya. Yang pertama kami nginap di downton atau China town, dan  baru2 ini kami nginap di  midtown 53 str dan 7 th ave, untungnya letak hotel Sheraton hanya beberapa blok dari Times Square..

Kalau downrown tempat bisnis  orang china, selain jadi  pusat perdagangan,  juga budaya mereka  ada   disini, misalnya klenteng, restaurant2, pedagang bunga/sayur yang mereka pajang  di trotoar, atau pasar ikan yang  berbeda dengan  di super market. Sedang  midtown, selain menjadi pusat  perdagangan barang2 mewah di 5 th Avenue, juga  tempat hiburan buat pelancong  dari seluruh dunia. Saya lihat banyak turis2 kulit putih  kebingunan cari sesuatu di map kecil. 

Kata Times Square  berasal  dari potongan kata New York Times karena  koran beken ini ber kantor dekat situ. Sedang kata Square adalah luas areanya dan  tidak persis bersegi empat.

Banyak turist berdatangan ke pusat keramaian ini, karena bermacam hiburan tersedia, seperti theater, pusat perbelanjaan, gedung bioskop, toko2 souvenir,  clown, pantomin, manusia patung, manusia2  dicat tubuhnya berwarna-warni, service bus wisata mengelilingi Times Square,  dan masih banyal lagi kegiatan lainnya.

DokPrib

Di hari pertama kami tidak terlalu seru, karena waktu habis ngurusin sesuatu di Queens/kecamatan, dan sewaktu balik ke  Manhattan hari sudah malam dan kecapean.

Ke esokan harinya, di hari terahir barulah bisa ngelencer lebih santai. Namun apa yang kami temui di ibu kota dunia ini, sama sekali jauh dari bayangan kami.

Pinginnya senang2  ternyata  kami jumpai  suasana yang suram, banyak department store, restaurant2, gedung2 theater  pada tutup atau belum buka. Dari luar jendela kaca besar saya lihat ruang  kosong dan kotor.Begitu pula dengan orang2 yang mempromosikan sesuatu di trotoar pada menghilang. Pelancong2 pun hanya beberapa orang  celingak-celinguk.

Sewaktu saya butuh W.C., tidak satu tokopun menyediakannya  dan hanya satu dua orang pembeli yang mgantri di depan kasir.. Demikian pula toko2 souvenir yang "memperlihatkan" ber-macam2 cendera mata, seperti; kaos2 NYC, topi2 NYC, gantungan kunci, jaket2, dlsbnya juga sepi, sampai2  satu dua pegawai mereka berdiri  di  depan toko dengan senyum di buat semanis mungkin.

Namun lampu2 hias, layar2 tv raksasa setinggi gedung tetap nyala terus menyiarkan berita lokal dan dunia. Tapi di bagian bawah  dimana  bisnis biasanya padat di kunjungi turis/pembeli nampak sepi sekali. Yang sering  saya jumpai adalah karyawan2  berlari-lari kecil  ke tempat kerja atau gelandangan sedang bersandar di suatu sudut di bawah siraman hujan rintik2.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline