Lihat ke Halaman Asli

Hendra Fokker

TERVERIFIKASI

Pegiat Sosial

Unik dan Menarik Seputar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Diperbarui: 24 Agustus 2022   15:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto karya Frans Mendur yang mengabadikan Presiden Soekarno membacakan naskah proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur, Nomor 56, Cikini, Jakarta. (Frans Mendur via kompas.com)

Setelah kisah menarik dari Sutan Syahrir yang grasak-grusuk sampaikan kabar tentang kekalahan Jepang. Begitupula dengan golongan pemuda lainnya, seperti Sukarni, Wikana, Chaerul Saleh, hingga Sudancho Singgih di Rengasdengklok.

Mereka semua yang telah mendengar berita Jepang telah kalah, tidak bisa santai sambil menikmati kopi di bilangan Menteng 31. Tidak juga mau menunggu hasil rapat PPKI, ataupun secara tiba-tiba pihak Jepang kasih kemerdekaan.

Mereka semua gelisah melihat situasi, seakan-akan "hantu" kolonialisme muncul kembali dihadapan mereka, jikalau Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Maka tidak ada kata lain selain bertindak. Begitulah kiranya, rapat darurat para pemuda tanggal 15 Agustus 1945 di "markas" Pegangsaan Timur.

Di sana terlihat ada Chaerul Saleh dan Wikana yang tengah serius baku cakap dengan nada yang sedikit meninggi. Tidak ada raut muka canda, semua terlihat khus'yu mendengar penjelasan dari Chaerul Saleh soal masa depan Indonesia. 

Terlebih ketika Darwis datang dengan sepiring singkong rebus. Tak sedikitpun membuyarkan rapat dengar pendapat dari para pemuda.

Begitupula dengan Sukarni, yang dari awal perbincangan pun turut memberikan masukan. Hingga semua pemuda Menteng 31 sepakat, bahwa hendaknya segera Proklamasi dikumandangkan, sebelum Sekutu hadir ke Indonesia. Yakni, dengan jalan "pemaksaan", kepada Dwi Tunggal, Soekarno dan Hatta. Setelah berbagai upaya Sutan Syahrir gagal membujuk mereka.

Gak pakai lama-lama, Chaerul Saleh, Wikana, Sukarni, dan beberapa pemuda lainnya langsung meluncur ke kediaman Soekarno. Kala itu mereka (pemuda) langsung menyampaikan keinginannya kepada Soekarno. Dengan nada tinggi dan marah, Chaerul Saleh yang punya karakter berapi-api langsung saja meminta kepastian Proklamasi.

Begitupula dengan Wikana, yang teriak-teriak ngomporin Sukarni dan Chaerul Saleh. "Sekarang Bung! Ayo, sekarang! Kita kobarkan revolusi", kata Chaerul Saleh. 

"Kami sudah siap mengorbankan jiwa kami!", sahut Sukarni. Terpancing suasana, akhirnya Wikana juga bicara, "Jika Bung tidak mau mengeluarkan pengumuman malam ini juga, akan berakibat pertumpahan darah...".

Belum selesai Wikana nyerocos, Soekarno langsung beranjak dari tempat duduknya menghampiri Wikana. "Ini batang leherku! Seretlah saya ke pojok itu, potong leherku malam ini juga! Tidak usah menunggu esok hari!". Auto kicep Wikana mendengar jawaban dari Soekarno.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline