Lihat ke Halaman Asli

hendra setiawan

TERVERIFIKASI

Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Menjelahi Kembali Peradaban Musik Dunia dari Relief Candi Borobudur

Diperbarui: 15 Mei 2021   17:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Relief alat musik di Candi Borobudur (sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Musim kian berganti musim
Kembali sejarah mencatat kejayaanmu
Untuk yang kedua kalinya
Mahkota gerhana mentari melintasimu

Hati kami tersentuh memandangmu
Untuk sadar melestarikanmu
Agar tak punah dari ganasnya alam
Juga tangan-tangan jahil merusakmu...

Reff.
Borobudur... candi yang paling termegah
Di antara tujuh keanehan dunia.. ha-ha-ha...
Borobudur.., peninggalan nenek moyang kita
Lambang tinggi... kebudayaan Bangsa Indonesia...

Syala la la la la la la ...
Borobudur tercinta
Termasyur di mata s’luruh penjuru dunia ha-ha-ha...
Syala la la la la la la ... Borobudur tercinta
Kebanggaan... bangsa Indonesia...

 

Lagu berjudul "Borobudur" yang dipopulerkan Euis Darliah kurun waktu tahun 80-90an termasuk lagu yang gampang dicerna syairnya. Musiknya membahana, membangkitkan gelora juang dan kebanggaan. Ini termasuk salah satu lagu yang di sejak pertama terdengar langsung merasuk sukma. 

Borobudur, seperti lirik lagu tadi, termasuk satu dari tujuh keajaiban dunia. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar abad ke-8 Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.

Sebagai candi atau kuil Buddha terbesar di dunia, Borobudur sekaligus menjadi salah satu monumen Buddha terbesar di dunia.

Nama  Borobudur sendiri diambil dari nama lokasinya berada.  Ia terletak daerah tinggi di desa Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Posisi geografis kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta.

Candi Borobudur menyimpan amat banyak kekayaan cerita kehidupan pada masanya. Melalui aneka relief yang terpahat, tiap generrasi bisa mempelajarinya. Tetapi memang butuh waktu yang tidak sedikit jika ingin serius.

Pernah ikut tur wisata, waktu tiga jam saja sepertinya amat singkat. Jika berjalan sesuai alur yang ada dari saat masuk, memutar, hingga ke puncak, sebenarnya menyenangkan. Karena akan tahu riwayat penggambarannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline