Lihat ke Halaman Asli

Hazal

Peneliti Karya Sastra

Demi Permata Hati, Tidak Jarang Teh Manis Menjadi Lauk

Diperbarui: 5 Mei 2024   14:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Pixabay.com

Suatu waktu saya duduk di suatu taman. Ada gazebo kecil, nyaman untuk digunakan beristirahat sejenak. Duduk, berpikir, dan merenung.

Mengingat-ingat perjalanan hidup yang cukup sulit. Tidak ada pekerjaan tetap. Untungnya, masih ada ojol yang bisa digunakan untuk menyambung nafas. Pendapatan hanya cukup untuk kebutuhan hari-hari.

Terkadang juga tidak cukup, apabila ada kendala di motor seperti rusak dan lain-lain. Sementara itu, juga ada beban lain di pikiran karena rencana menikah.

Sehingga keadaan menuntut untuk berusaha sekeras-kerasnya. Namun dengan hasil yang sehancur-hancurnya. Aku katakan demikian sebab pendapatan tidak pernah bisa disisihkan untuk tabungan menikah.

Seorang adik yang sedang kuliah juga menjadi alasan sehingga tabungan untuk menikah masih dobol kosong. Entah harus bagaimana lagi agar rencana menikah tercapai? Mengabaikan seorang adik? Itu tidak mungkin.

Bersabar? Harus sampai kapan mesti bersabar? Belum lagi tuntutan dari calon yang berharap mengadakan pesta sebagaimana orang lain. Harapan yang penting sah, rasanya tidak mungkin.

Mundur? Tapi bagaimana mungkin sebuah fondasi yang sudah lama dibangun, ditinggalkan begitu saja. Membangunnya pun tidak mudah. Lantas mesti berjuang dengan cara apa lagi agar keinginan itu tercapai?

Pernah juga berpikir untuk membentuk satu keterampilan. Dengan harapan keterampilan itu bisa menghasilkan lebih banyak uang. Lalu kemudian aku belajar menjadi seorang mekanik. Pertama saya belajar dari pengalaman orang lain di youtube.

Setelah memahami bagaimana cara kerja atau cara menyelesaikan setiap permasalahan pada sepeda motor. saya mencoba untuk turun  lapangan. Berlatih dan menerapkan apa yang sudah dipelajari.

Bengkel demi bengkel yang dikunjungi, namun yang didapat hanyalah tatapan sinis dan penolakan. Bahkan pernah juga menawarkan jasa gratis. Aku pikir, biarlah tidak digaji setidaknya diberi kesempatan untuk belajar dan mendapat pengalaman baru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline