Lihat ke Halaman Asli

Alasan NasDem Bermain "Dua Kaki"?

Diperbarui: 27 Maret 2023   08:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Surya Paloh-Anies Baswedan (Kiri) dan Surya Paloh-Jokowi (Kanan), yang memperlihatkan politik dua kaki NasDem. (Foto: TribunGorontalo.com).

Partai Nasional Demokrat (NasDem) baru-baru ini mendapat berita yang menghebokan setelah salahsatu pendirinya, Zulfan Lindan resmi mengundurkan diri dari partai tersebut yang ia ucapkan pada saat mengisi acara dengan detik.com pada 21 Maret 2023 lalu.

Hal ini bermula pada tahun 2022 mantan kader PDIP ini mengemukakan bahwa bakal calon presiden partai Nasdem, Anies Baswedan, sebagai Antitesis Jokowi. Atas pernyataannya tersebut Zulfan Lindan dinonaktifkan sebagai anggota Partai Nasdem.

Memang sejak deklarasi pencalonan Anies Baswedan pada 3 Oktober 2022 lalu, Partai NasDem mendapat masalah dan kritik dari beberapa pihak, dari anggotanya yang mundur dari kepengurusan partai hingga kritik dari partai sesama kubu pemerintahan yang mengatakan partai Nasdem sedang bermain dua kaki dengan masih berada di kubu pemerintahan dan disisi lain mendukung Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

Namun jika melihat dari sejarah partai besutan Surya Paloh ini dalam setiap pemilihan umum maupun dalam Pileg, Pilkada, dan Pilpres partai ini selalu berpaku pada tokoh-tokoh terkenal yang memiliki potensi besar untuk memenangkan kontestasi pemilihan.

Tetapi kondisi NasDem yang terkesan bermain dua kaki sekarang ini belum pernah diliat sejak partai ini berdiri pada tahun 2011 lalu. Apabila melihat dipermuakan ada tiga kemungkinan kuat mengapa Nasdem bermain dua kaki sekarang ini.

Masih Ingin dikekuasaan

Alasan pertama yang masih terdengar  masuk akal yaitu NasDem yang masih ingin berada dilingkaran kekuasaan. Apalagi Partai NasDem selama mencalonkan Joko Widodo selama dua kali Pilpres bisa dibilang sebagai pendukung yang paling loyal dengan menjadi partai pertama yang mendeklarasikan pencalonan Jokowi sebagai capres dibandingan PDIP tempat Jokowi bernaung, dan partai NasDem sangat memaksimalkan mesin kampanye mereka demi mendongkrak popularitas dan elektabilitas Jokowi yang terlihat di media pemberitaan miliki Surya Paloh yang tak jarang mendapat cibiran dan kritik dari pihak oposisi.

Hal serupa juga dilakukan Nasdem pada saat mencalonkan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada Pilkada DKI 2017 yang diterpa isu penistaan agama akibat ucapan Ahok saat mengisi berbicara di Kepulauan Seribu yang berbuntut polarisasi di masyarakat dan maraknya politik identitas pada Pilpres 2019

Melihat jerih payah NasDem selama ini jadi masuk akal saja partai tersebut masih ingin berada di lingkup kekuasaan yang akan mereka perebutkan kembali pada tahun depan yang dimana berbeda pada tahun 2014 yang tidak banyak tokoh yang mencolok ketika itu.

Namun pada kali ini banyak tokoh dari kalangan Menteri dan kepala daerah yang memiliki potensi untuk berkompetisi dan menang pada Pilpres kali.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline