Lihat ke Halaman Asli

Jakarta: Sistem Ganjil Genap Perlu Didukung e-STNK

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

PENYEBAB kemacetan lalu lintas, terutama di Jakarta yaitu, pertambahan kendaraan ibarat deret ukur, sedangkan pertambahan jalan ibarat deret hitung. Sampai kapanpun tidak akan tercapai titik temu. Maka salah satu solusi radikal yaitu penerapan sistem plat nomor ganjil-genap. Pro kontra pasti ada. Namun kalau mengikuti suara kontra, kemacetan justru akan semakin menjadi-jadi. Sedangkan kalau mengikuti suara pro, akan mempunyai banyak kelebihan. Antara lain, kemacetan berkurang sekitar 40%, kecepatan kendaraan bertambah, menghemat BBM, mengurangi polusi dan lain-lain. Sistem ini tentu saja dimulai dari jalan-jalan tertentu sebagai uji coba.

Mereka yang kontra tentu akan mengatakan bahwa sistem tersebut bisa diakali. Misalnya, membeli mobil/motor lagi sehingga punya mobil/motor dengan plat nomor genap dan ganjil. Atau bahkan menggunakan plat nomor palsu. Harus dicatat bahwa, sistem genap-ganjil tentu akan didahuli penambahan transportasi umum dalam jumlah yang memadai. Kemudian akan disusul dengan kenaikan pajak mobil/motor pribadi, pelarangan penggunaan mobil/motor usia tua (kecuali mobil/motor antik pada hari-hari tertentu). Kabarnya, pada tahap awal sistem ini akan menggunakan sistem stiker yang ditempel di plat nomor, yaitu warna merah dan hijau.

Memang, lebih bagus lagi kalau pemerintah pusat/kepolisian mengeluarkan STNK jenis baru, yaitu e-STNK (electronic STNK) yang dilengkapi microchips seperti pada e-KTP. Di mana tiap mobil/motor akan memasuki jalan tertentu harus memasukkan e-STNK ke scanner khusus dan palang pintu akan terbuka secara otomatis dan tertutup secara otomatis setelah mobil/motor melewati jalan tersebut. Tujuannya, untuk efisiensi dan menghindari adanya penggunaan plat palsu. Tentu ini bisa dilaksanakan secara bertahap untuk jangka menengah dan panjang. (Hariyanto Imadha).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline