Lihat ke Halaman Asli

haris maulana

Staff Admin/DPK

Garis

Diperbarui: 26 Februari 2024   16:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

GARIS

Andaikan ku ajak kau hingga ke dasar laut, jawabmu sudah barang tentu tidak akan mungkin.
Begitu juga ketika kau katakan gali berlian sebesar gunung Merbabu untukmu, pasti sulit ku penuhi.

Angin macam apa ini?
Luluh lantah pantai hingga memecah ombak!

Angin serupa apa ini?
Membawa gelombang laut hingga membentuk tsunami menuju daratan.

Sementara sebelah timur pulau, sekelompok orang  berbondong-bondong coba melakukan serangkaian tipu-tipu.
Sebelah barat, berkutat pada akar yang sama, sibuk menjadi hakim.
Namun jauh di seberang sana mengawali langkah hidup dengan kebenaran.

Dimana kita bertempat tinggal?
Dimana kita dipertemukan keyakinan?
Dimana kita saling merebahkan tubuh?
Dimana kita saling duduk bertatapan?
Dimana?
Dimana!?

Setiap kali merenung, tak sekalipun aku mampu menerjemahkan tulisanku dalam bentuk nyata.
Namun sialnya terus berlanjut terus hingga saat ini.
Hanya bentuk menyerupai Ibu membuatku kembali pada jalan seharusnya.
Sebab, garis rasa bukan bentuk sebenarnya.
Hanya letupan kosong mengira-ngira serta mengada-ada sekitaran kepala.
Tidur saat ini lebih baik, daripada berceloteh yang tidak dimengerti.

Februari 2024




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline