Lihat ke Halaman Asli

Hanter Siregar

Masih sebuah tanda tanya?

Moralitas Bukanlah Jawaban Atas Persoalan Nilai Kemanusiaan

Diperbarui: 18 Agustus 2019   07:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Forum Lingkar Pena

Secara umum orang memahami moralitas adalah tentang penilaian baik dan buruk. Apakah suatu tindakan itu baik? Apakah suatu tindakan itu buruk? Sokrates, salah seorang filsuf moral pertama dan yang paling baik. Dalam pandangannya, hakikat moral tidak terletak pada persoalan menyangkut " masalah-masalah kecil, melainkan bagaimana kita harus hidup".

Pandangannya tersebut telah  dianut oleh masyarakat dunia dan memiliki pengaruh yang besar dalam filsafat barat serta peradaban dunia. Ide ataupun gagasannya menjadi tongkat yang sangat penting dalam mempelajari hakikat moralitas itu sendiri.

Persoalan tentang hakikat moralitas terhadap nilai kemanusiaan, telah membawa perdebatan dalam sejarah yang panjang. Hal itu semata-mata bertujuan untuk mensistematisasikan pengetahuan tentang hakikat moralitas dan apa yang dituntut dari kita. Dengan demikian, harapan akan kejahatan mampu dihambat serta disangkal.

Moralitas merupakan persoalan yang belakangan ini banyak dibicarakan, khususnya karena kenyataan moral dalam masyarakat kita masih sangat meprihatinkan. Tingkat kejahatan yang semakin meningkat, korupsi semakin merajalela dan diskriminasi ada di mana-mana. Semuanya masuk dalam repleksi pernilaian moralitas.

Baik dan buruk dalam setiap kejadian di dasari pertimbangan dan penilaian moralitas. Sesuatu yang baik akan dikatakan bermoral dan boleh dijadikan acuan hidup oleh banyak orang, begitu juga sesuatu yang buruk akan dipersepsikan tidak bermoral dan tidak boleh untuk ditiru ataupun dicontoh.

Moralitas merupakan usaha untuk membimbing tindakan seseorang dengan akal---yakni, untuk melakukan apa yang paling baik menurut akal, seraya memberi bobot yang sama menyangkut kepentingan setiap individu yang akan terkena oleh tindakan itu. Keputusan moral tersebut harus benar-benar didukung setidaknya oleh akal yang baik dan pertimbangan yang tak berpihak dari setiap kepentingan individual.

Akan tetapi jika kita mau menemukan kebenaran sejati, kita harus mencoba membiarkan perasaan kita dibimbing sejauh mungkin oleh akal budi, atau argumentasi, yang bisa diberikan untuk menjelaskan eksistensi kebenaran tersebut. Moralitas pertama-tama dan terutama, merupakan soal yang bertautan dengan akal.

Hal yang secara moral benar untuk dilakukan, dalam lingkup apa pun juga, ditentunkan oleh alasan-alasan terbaik yang ada untuk melakukannya. Maka dalam hal ini dibutuhkan keseimbangan berpikir, guna mendapatkan keputusan yang sesuai dengan moralitas.

Anda boleh menerima setiap argument, gagasan, ide dan juga anjuran setiap orang selama hal itu bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Artinya sesuatu yang memiliki dasar yang kuat kita tidak boleh menghiraukannya begitu saja.

Seperti dalam kutipan buku Filsafat moral, oleh James Rachels "andaikata seseorang berkata bahwa Anda harus melakukan hal ini atau hal itu ( atau bahwa melakukan ini atau itu adalah salah), maka Anda berhak untuk bertanya mengapa Anda harus melakukan hal itu (atau anggapan itu keliru), dan jikalau tak ada alasan yang baik yang diberikan, Anda boleh menolak anjuran itu sebagai sesuatu yang tak berdasar".

Dengan cara demikian, keputusan-keputusan moral dibedakan dari sekedar ungkapan dari selera pribadi atau egoisme pribadi. Akan tetapi kita tidak boleh mempercayai beberapa versi dari fakta hanya karena hal itu semata-mata mendukung prekonsepsi kita ataupun menguntungkan kita secara pribadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline