Lihat ke Halaman Asli

Hans Pt

Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Tragedi Sang Pemuka Agama

Diperbarui: 14 April 2019   10:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tirto.id

Minggu ini, di tengah panas dan semaraknya kampanye-kampanye capres / cawapres menjelang putaran terakhir, publik dikejutkan oleh berita tentang merapatnya seorang penceramah agama kondang ke salah seorang capres. Mengejutkan karena dalam beberapa waktu sang tokoh itu seperti condong ke capres yang satu lagi. 

Apalagi dalam sebuah statemennya, si tokoh agama mengingatkan supaya umat tidak memilih calon pemimpin yang tidak bisa menjadi pimpinan dalam ibadah, yang tidak jelas status keberagamaannya, dsb. 

Statemen-statemen yang positif itu terlontar setelah sang tokoh bertemu atau mengadakan silaturahmi dengan beberapa tokoh agama besar dan kharismatik yang dikenal sangat nasionalis, pluralis, dan pancasilais. 

Sebelum itu, sang tokoh kita ini memang terkesan lebih condong ke kubu yang dicurigai anti-nasionalis, kurang pancasilais dan sektarian, rasis. Terlebih karena beliau sempat diisukan sebagai bakal cawapres dari kubu tersebut.  

Sang tokoh yang masih muda usia itu memang sangat layak diperhitungkan, sebab  memiliki banyak pengikut atau pendengar ceramah agamanya. Setiap ceramahnya selalu diikuti massa yang membeludak. Dan sosok semacam ini sangat "gurih" di mata politikus yang membutuhkan kekuatan dan dukungan massa riil, terutama di musim pilpres seperti ini. 

Maka sangat dinantikan ke mana gerangan sang tokoh ini berlabuh, mengingat selama ini nada-nada bicaranya pun sulit diterjemahkan. 

Kerap menggunakan istilah-istilah yang membuat orang berpikir dan berinterpretasi. Maka tidak heran jika setiap pernyataannya diterjemahkan beragam oleh netizen yang berdebat di medsos. 

Kubu A mengatakan bahwa maksud perkataannya itu adalah dukungan pada capres A. Sebaliknya kubu B dengan bangga mengklaim statemen-statemen itu jelas merujuk pada sosok capres B, dan seterusnya. Karena pernyataannya selalu menyisakan teka-teki, khalayak pun jadi sibuk berpikir. 

Sangat disesalkan sebenarnya kok seorang pemuka umat  tidak memberikan sesuatu yang jelas yang pada akhirnya menimbulkan beragam tafsiran. 

Adalah hak seseorang itu mendukung capres A atau B, tetapi ya mestinya harus tegas dan tidak mengesankan "bermain aman, dua kaki, sambil melihat celah peluang yang tepat". Sikap semacam ini sangat tidak layak dipertontonkan oleh seseorang tokoh yang menyandang status sebagai pemimpin moral - spiritual masyarakat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline