Lihat ke Halaman Asli

HAMSA

Learning With Me

Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara sebagai Pengetahuan dan Pengalaman Baru dalam Pembelajaran

Diperbarui: 21 April 2021   18:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh: HAMSA

Instansi: SMAN 10 Bulukumba

Email: alief.hamsa46@gmail.com

Ki Hajar Dewantara sebagai "Bapak" pendidikan nasional Indonesia telah meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional. Konsep-konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara menjadi landasan kebijakan pendidikan nasional. Konsep profil pelajar pancasila, sebagaimana visi dan misi kementerian pendidikan yaitu beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, Mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong, dan berkebinnekaan global merupakan penjabaran dari konsepsi pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan.

Setelah mempelajari secara mendalam pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan, Pengetahuan dan pengalaman baru yang diperoleh diantaranya adalah Ki Hajar Dewantara memandang proses pendidikan adalah proses menuntun segala kodrat pada anak. Dari pemikiran ini dapat diartikan bahwa guru seharusnya guru menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran, serta menjadi teladan dalam bersikap sehari-hari. Guru yang sesungguhnya bukanlah "mengajar" sebagaimana yang sering dipraktekkan saat ini, bahwa guru dianggap senagai satu-satunya sumber pengetahuan lalu kemudian melalukan proses transfer pengetahuan yang dimiliki di depan kelas secara menoton kepada siswa tanpa memerhatikan karakteristik dari siswa.

Pengetahuan lain yang diperoleh bahwa dalam menuntun perkembangan anak, Ki Hajar Dewantara mengibaratkan peran guru sebagai seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak seperti biji tumbuhan yang disemai oleh pak tani. Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit yang kurang baik dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak Tani. 

Demikian sebaliknya meskipun biji jagung itu yang disemai adalah bibit yang berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari nserta tangan dingin dari pak Tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak optimal. Filosofinya adalah bahwa guru memegang peran penting dalam tumbuh kembang potensi yang dimiliki anak, bagaimana guru menuntun dan mengarahkan anak menjadi penentu perkembangan belajar anak.

Dukungan dari semua pihak, fasilitas yang tersedia serta kemauan diri untuk selalu belajar dan mengembangkan diri merupakan kekuatan untuk menerapkan pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam proses pembelajaran. Untuk menerapkan pemikiran Ki Hajar Dewantara tersebut, maka perlu dilakukan perubahan-perubahan terutama pada pola-pola pembelajaran yang dilakukan selama ini. Proses "menuntun" anak harus diberikan porsi yang lebih diutamakan dari proses "mengajar" anak.

Langkah konkret yang perlu dilakukan sebagai bentuk perubahan paradigma pembelajaran adalah membuat rangcangan atau mendesain proses pembelajaran yang menginternalisasi pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam proses pembelajaran. Langkah ini perlu dilakukan secara masif dan berkelanjutan secara bersama-sama di sekolah bahkan jika diperlukan menjadi bagian dari visi-misi dan tujuan pengajaran di sekolah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline