Lihat ke Halaman Asli

Hadi Santoso

TERVERIFIKASI

Penulis. Jurnalis.

Mengabarkan Kabar Baik di Tengah "Badai" Corona, Bisakah?

Diperbarui: 26 Maret 2020   07:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu contoh kabar hoaks tentang wabah corona yang beredar di media massa. Semoga ada lebih banyak warganet yang paham untuk membagikan berita yang benar, berita yang memberikan harapan, bukan malah menyebabkan kepanikan/Foto: Merdeka.com

Kabar baik dan kabar kurang baik (untuk tidak menyebut kabar buruk). Sampean (Anda) lebih menyukai kabar yang mana?

Rasanya, ada banyak orang yang lebih menyukai kabar baik. Meski, sejatinya, dua kabar tersebut sama-sama ada manfaatnya.

Kabar baik untuk memotivasi kita agar menjadi lebih baik. Kabar untuk untuk memperingatkan kita agar lebih mawas diri. Bahkan, kabar buruk bisa menjadi "cermin" agar kita bercermin, mengambil pelajaran dari yang telah terjadi.

Namun, dalam situasi pandemi coronavirus disease (Covid-19) dan derasnya arus informasi yang berseliweran di media daring, terlebih di media sosial, saya kini lebih merindukan kabar baik. Sebab, ada banyak kabar hoaks yang dengan mudahnya wara-wiri di grup WhatsApp.  Ya, saya rindu mendapatkan kabar bagus. 

Seperti kapan hari, saya tiba-tiba mendapatkan kiriman pesan broadcast di WhatsApp. Pesan yang sungguh menggugah semangat. Bunyinya begini:

Sepupu saya yg kuliah di Cina kirim email ke saya dan ngomong begini :

"Disini (wuhan) kami sangat cepat untuk bangkit (recovery), karena kami saling menyemangati. Kami tidak memberitakan berita kematian, yang kami beritakan adalah berita kehidupan dan berita kesembuhan. Namun kenapa netizen di Indo lebih memilih memberitakan berita ketakutan? Apakah mereka memang ingin membunuh saudaranya sendiri?"

Bisakah mulai saat ini kita hanya memberitakan berita yang penuh harapan, berita yang menenangkan, berita kehidupan.

Bisakah kita membantu tim medis yang sudah sedemikian lelah, untuk berhenti membuat postingan-postingan yang berkonten menakut-nakuti membuat orang khawatir dan panic. Bisakah?

Tahukah bahwa kekhawatiran berlebih akan menurunkan imun tubuh lebih cepat. Jangan buat mereka khawatir, sehingga terus menerus berbondong bondong ke RS dan makin membuat lelah para tim medis kita. Bisakah?

Saya yakin, pesan broadcast tersebut sudah sampai ke mana-mana. Sampean mungkin juga mendapatkan broadcast tersebut dan sudah membacanya.

Jika kita membaca substansinya, pesan broadcast tersebut ditujukan untuk kita. Para warganet. Para netizen yang tinggal meneruskan pesan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline