Lihat ke Halaman Asli

Gustaaf Kusno

TERVERIFIKASI

Singkatan Bahasa Indonesia yang Antik dan Lucu

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1368948219919245258

[caption id="attachment_254835" align="aligncenter" width="656" caption="(ilust kotapalembang.blogspot.com)"][/caption]

Di salah satu jalan di kota Palembang berdiri sebuah masjid berkubah emas menyerupai masjid Al Aqsa di Jerusalem bernama masjid Baitul Atiq. Pada gerbang yang bertuliskan nama masjid ini, bisa kita baca tulisan yang lebih kecil: d/h Rumah Dr. Adnaan WD. Singkatan d/h ini memang sudah tak akan kita jumpai lagi pada KBBI, karena merupakan singkatan jadul yang dianggap keliru (antara lain karena menggunakan ‘garis miring’). Apa kepanjangan dari ‘d/h’ ini? Tak lain dia singkatan dari ‘dahulu’. Sungguh sangat unik dan antik bukan? Pada masa peralihan dari pemerintahan Belanda ke Indonesia, banyak nama jalan, nama gedung, nama institusi yang berganti nama dan supaya orang tidak bingung, maka singkatan ’d/h’ ini dipakai. Misalnya penulisan ’Lapangan Banteng d/h Waterlooplein’ dan sebagainya.

Penulisan singkatan dengan menggunakan garis miring (/) ini sangat lazim dipakai orang di zaman dahulu, meskipun sebenarnya rancu, karena simbol garis miring ini mewakili kata ’atau’. Di masa itu bertebaran singkatan seperti ’a/n’ (atas nama), ’a/l’ (antara lain), ’d/a’ (dengan alamat), ’u/b’ (untuk beliau), ’u/p’ (untuk perhatian), ’s/d’ (sampai dengan). Pengaruh dari gaya singkatan bahasa Belanda mungkin berperan, misalnya ada singkatan ’t/m’ (tot en met) yang bermakna ’sampai dengan’, misalnya pada frasa ’t/m deze frijdag (sampai dengan hari Jumat ini).

Namun nampaknya gaya menyingkat dengan menggunakan garis miring (slash) memang berlaku umum di seluruh dunia pada masa itu. Dalam bahasa Ingris pun, ada singkatan ’c/o’ (care of) alias ’dengan alamat’, ’w/o’ (without), ’N/A’ (not available atau not applicable) alias ‘tanpa keterangan’ atau ‘tidak tersedia’. Bahkan singkatan ’n/a’ atau ’N/A’ sampai masa kini masih dipakai orang, kendatipun disadari sebenarnya rancu.

Seperti dalam bahasa Inggris, dalam bahasa Belanda cukup banyak singkatan yang diambil dari bahasa Latin. Seperti kita sudah memaklumi dalam bahasa Inggris ada singkatan seperti ’e.g.’ (exempli gratia = misalnya), ’i.e.’ (id est – yaitu), ’etc’ (et cetera = dan lain-lain), ’a.m’ (ante merediem = sebelum tengah hari), ’p.m.’ (post meridiem = sesudah tengah hari). Dalam bahasa Belanda, ada juga singkatan dari bahasa Latin ini, namun dia sangat spesifik Belanda, karena singkatan ini tak dikenali dalam bahasa Inggris.

Salah satunya adalah singkatan ’c.q.’ yang merupakan kependekan dari ’casu quo’. Casu quo menyiratkan makna ’dalam hal ini’ (in which case), misalnya pada kalimat ‘Ik drink soms alcohol c.q. jenever. (Saya kadang-kadang minum alkohol, dalam hal ini jenewer). Dalam wacana Indonesia, singkatan ’c.q.’ ini masih sering dipakai dalam surat-surat resmi, misalnya ’Kepada Walikota Palembang c.q. Kepala Dinas Kesehatan Palembang’. Nampaknya kita belum menemukan padanan singkatan Indonesia yang pas untuk menggantikan singkatan warisan Belanda ’c.q’ ini.

Ada singkatan dari kata Latin khas Belanda lainnya yaitu ’p.m’ (kependekan dari ’pro memoria’) ’P.M.’ ini sebagai dari namanya berarti ’rekaman catatan ringkas (memo) dari suatu pembahasan’. Namun yang cukup unik dan aneh di wacana Indonesia ’PM’ ini sudah mengalami pembelokan makna. Saya selalu teringat kata PM ini, setiap menjalani geladi upacara militer. Pada geladi upacara, setiap tahap-tahap kegiatan upacara selayaknya dilaksanakan persis sama seperti upacara hari H. Apabila ada tahapan yang akan dilewatkan (misalnya tahapan pidato inspektur upacara), maka pelatih geladi akan mengatakan ’pre memori’. Perhatikan kesalahan menyebutkan PM sebagai ’pre memori’ dan bukan ’pro memoria’.

Singkatan dalam bahasa Indonesia juga bisa berganti makna berkat kreativitas orang Indonesia. Anda mafhum bahwa ’adm’ adalah singkatan dari ’administrasi’ bukan? Namun kalau ada orang yang bertanya: ”A de em-nya berapa?”, kita sudah langsung bisa mengerti bahwa dia sedang menanyakan ’berapa biaya administrasinya’. Atau pada kalimat ”Dia itu ’ce es-an aku”, kita pun langsung menangkap maksud kalimat tadi sebagai ’dia adalah teman baik saya’. Padahal ’c.s.’ (cum suis) sesungguhnya bermakna ’dan kawan-kawannya’, bukan ’kawan’.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline