Lihat ke Halaman Asli

guntursamra

Abdi Masyarakat

Itu Ayahku

Diperbarui: 7 Oktober 2020   21:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : m.medcom.id

Lelaki tua dan nyaris bungkuk mengayuh semangat pada sepasang pedal sepedanya. Dua batang kakinya yang telah rapuh dan keriput itu tak pernah lelah menapak asa. 

Diboncengnya beberapa jenis sayuran dalam tong kayu buatannya. Dijajakannya dari lorong ke lorong dengan suara sampai parau.

25 tahun pekerjaan itu digelutinya. Lelaki tua dan nyaris bungkuk tak pernah mengeluh ataupun malu. Senyum selalu hadir tatkala langganan setia memanggilnya. Disapa dan dilayani, seperti keluarganya sendiri.

Dilakukan semuanya bukan demi dirinya. Dilakukannya demi keluarga kecilnya, anak satu-satunya dari ibu yang telah pergi. Pergi selamanya dan tak mungkin kembali.

Anak yang sebulan lagi akan memperoleh gelar doktornya. Anak yang dibesarkan dengan segala keterbatasannya. Anak gadis yang tak pernah lupa hari lahirnya. Anak semata wayang dari almarhumah istri yang sangat dicintai dan mencintainya.

Lelaki tua dan nyaris bungkuk, penjual sayur keliling itu ayahku.  

Sinjai, 7 Oktober 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline