Lihat ke Halaman Asli

Guıɖo Arısso

TERVERIFIKASI

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

Petani Manggarai Barat: Antara Sikap Malas dan Peluang

Diperbarui: 24 Maret 2022   20:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi petani Manggarai Barat. [Dok. Guido Arisso]

Petani merupakan soko guru perekonomian Kabupaten Manggarai Barat (Mabar). Hal itu dikarenakan mayoritas masyarakat Mabar berprofesi sebagai petani.

Namun, ironinya, para petani di Mabar masih tergolong petani kelas kampung.

Dikatakan kelas kampung, karena dari segi pemanfaatan teknologi pertanian yang masih terbelakang, juga soal kepemilikan modal yang kecil dan keterbatasan ruang gerak dalam hal memasarkan produk pertanian.

Itu untuk menyebut beberapa hal saja dari seabrek masalah yang dialami oleh para petani di Mabar saat ini.

Tapi, pada babaran kali ini, mari kita kesampingkan dulu persoalan teknis dan fokus ke soal psikologis petani, yakni soal sikap malas peluang bertani.

1. Malas

Malas di sini lebih kepada rasa “kurang bernafsu” mengolah lahan.

Seperti yang terlihat di lapangan, cukup banyak lahan, baik sawah dan perkebunan, di reksa wilayah Mabar yang tidak diolah dan/atau dimanfaatkan oleh pemiliknya.

Ada kecenderungan, para petani masih terfokus pada produksi pertanian berskala kecil, yakni sekadar untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan keluarga (pertanian subsisten).

Dan, karena itu, hasil pertanian belum berorientasi pada pemasaran (rasionalitas ekonomi).

Itu yang pertama. Kemalasan petani berikutnya adalah selalu merasa serba cukup dan menganggap kemiskinan sebagai sebuah takdir hidup yang harus diterima begitu saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline