Lihat ke Halaman Asli

G Tersiandini

Mantan guru di sekolah internasional

Mengunjungi Sawarna di Kabupaten Banten

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

140275427251858473

[caption id="" align="aligncenter" width="567" caption="Tanjung Bokor"][/caption]

Sawarna daerah pantai di Kabupaten Banten ini sekarang sedang naik daun. Tidak sedikit orang yang menghabiskan waktu liburan mereka mengunjungi daerah ini. Tahun 2012 Sawarna belumlah sepopuler sekarang. Pada tahun tersebut, bersama-sama dengan beberapa teman, penulis berkunjung ke Sawarna. Tentu saja keadaan yang penulis alami pada saat itu pasti berbeda dengan keadaan pada saat sekarang, dan apa yang penulis tuliskan di sini merupakan pengalaman penulis ketika berlibur di kawasan pantai tersebut.

Pada saat itu tempat ini masih belum terlalu terkenal di kalangan wisatawan dalam negeri, namun tidak demikian bagi wisatawan asing yang sangat menyukai olahraga selancar air. Tidak jarang mereka tinggal untuk waktu yang cukup lama untuk menikmati dan mengarungi ombak yang menantang.

Kami memulai perjalanan dari Bandung, jadi rute yang kami ambil adalah melalui Cianjur, kemudian menuju ke Baros karena kami ingin melihat cara pembuatan keju, selain juga ingin mencicipi keju hasil olahan mereka. Setelah puas menghabiskan waktu di Baros, kami melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Ratu. Namun sebelum mencapai Pelabuhan Ratu, kira-kira 5 km sebelum Pelabuhan Ratu, saat berada di pertigaan Cidadap kami memutuskan untuk berbelok ke arah Kiara Dua yang akan menuju Ujung Genteng.

Kami tidak pergi ke Ujung Genteng, tetapi menuju pantai Loji. Tidak jauh dari belokan tersebut, kami melewati sebuah jembatan kuno yang menarik perhatian. Kami sempat berhenti sejenak untuk mendokumentasikan jembatan tua tersebut. Dari situ, kami melanjutkan perjalanan menuju pantai Loji. Di pantai ini dapat kita temukan sebuah vihara yang disebut vihara Nam Hai Kwan Se Im Pu Sa. Vihara ini berada di atas bukit dan untuk mencapainya kita harus menaiki tangga yang cukup tinggi. Selain vihara, di dekat pantai Loji juga terdapat sebuah tempat peneropongan bintang.


[caption id="" align="aligncenter" width="567" caption="Jembatan tua"]

1402753797572862148

[/caption]



Kami berhenti di depan Vihara dan berjalan di pantai yang dipenuhi dengan batu-batu karang. Pantai ini sepi sekali dan terlihat masih asri karena belum dikotori oleh tangan-tangan jahil pengunjung. Cukup lama kami melepas lelah di pantai tersebut. Setelah menjelang sore, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Sawarna. Kami pun kembali lagi menuju Pelabuhan Ratu. Di sana kami sempatkan untuk singgah di pasar ikan untuk membeli ikan, udang dan cumi-cumi karena kami bermaksud untuk memasaknya ketika sampai di penginapan.

Hari pun semakin gelap, sehingga kami tidak bisa melihat bagaimana pemandangan di kiri dan kanan kami. Selain itu kami pun mengalami kesulitan mencari belokan menuju Sawarna karena jalan yang kami lalui cukup gelap dan sepi karena tidak banyak kendaraan yang lalu-lalang di jalanan itu.

[caption id="" align="aligncenter" width="567" caption="Pantai Loji"]

14027538541846822410

[/caption]

Akhirnya belokan menuju Sawarna kami temukan. Saatnya mencari lokasi penginapan kami. Ternyata penginapan yang kami tuju tidak berada di tepi jalan. Kami harus berjalan dulu menyeberangi jembatan kayu menuju tempat tersebut. Karena sudah lelah, jarak yang sebenarnya tidak jauh itu terasa cukup jauh. Akhirnya sampailah kami di penginapan yang dituju. Sebuah rumah berlantai dua yang cukup besar dengan beberapa kamar di lantai atas dan bawah. Di lantai bawah, di depan kamar-kamar yang disewakan terdapat ruang terbuka yang cukup luas yang dapat digunakan untuk berkumpul atau area makan. Sewa per malam pada saat itu Rp 150.000 per orang sudah termasuk tiga kali makan. Namun tidak ada tempat tidur, jadi hanya disediakan kasur dan kipas angin. Kamar mandinya amat sederhana dan cenderung tidak terawat. Walaupun agak jijik, kami terpaksa mandi juga karena badan rasanya sangat lengket setelah hampir seharian berada di dalam mobil.

Setelah mandi, kami semua dipersilakan makan. Makanan yang disuguhkan cukup sederhana. Selesai makan, kami pun mulai bertanya-tanya kepada pengurus penginapan tentang tempat-tempat menarik yang layak dikunjungi. Setelah cukup mendapat informasi yang diperlukan, kami pun pergi tidur karena kami harus bangun pagi keesokan harinya untuk mengejar matahari terbit.

Jam setengah lima pagi kami memulai hari kami dengan berjalan ke arah pantai. Kami susuri pantai di gelapnya pagi sampai akhirnya kami melihat sebuah batu karang berbentuk layar. Wow, bagus sekali. Ternyata ini yang disebut Tanjung Layar. Memang benar-benar seperti layar. Pada saat itu air sedang surut, jadi kami bisa berjalan mendekati batu tersebut. Sementara di balik tembok karang yang berjejer kami bisa mendengar deburan ombak yang membentur batu/tembok karang tersebut. Terkadang terlihat pecahan ombak saat membentur batu-batu karang. Indah sekali.

[caption id="" align="aligncenter" width="567" caption="Tanjung Layar"]

14027540251549737066

[/caption]

[caption id="attachment_342797" align="aligncenter" width="567" caption="Tanjung Layar"]

1402815526981898232

[/caption]

Di kejauhan kami melihat matahari mulai muncul, kami pun menuju ke arah sinar matahari tersebut supaya bisa mendapatkan momen yang baik untuk didokumentasikan. Kami terus berjalan menyusuri pantai dan berjumpa dengan seorang nelayan yang sedang mencari ikan. Setelah bercakap-cakap dengannya, tahulah kami kalau kami sedang berada di Karang Bodas. Nelayan ini juga menyebutkan beberapa tempat seperti Karang Bereum dan Legon Pari. Kami sangat menikmati keindahan pantai tersebut sambil tak lupa tangan ini terus menerus menekan tombol kamera kami.


[caption id="" align="aligncenter" width="567" caption="Sawarna di pagi hari"]

140275397550072391

[/caption]


[caption id="" align="aligncenter" width="567" caption="Seorang nelayan sedang memancing"]

1402754339667822983

[/caption]

Perjalanan menyusuri pantai kami teruskan dan sampailah kami di Karang Bereum. Pemandangan di sini tak kalah menariknya. Batu-batu karang berwarna merah muda yang diselimuti lumut hijau sangat indah dipandang mata. Ditambah lagi suara deburan ombak yang memecah karang di kejauhan membuat suasana di pantai itu sangat istimewa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline