Lihat ke Halaman Asli

Syukron

Akademisi hukum

Seribu Julukan Cirebon

Diperbarui: 26 Juli 2018   11:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cirebon.com

Cirebon dikenal sebagai kota wali, kota kuliner dan sering juga  disebut  kota  budaya dan sejarah sebab banyak peninggalan-peningalan sejarah dari para Walisongo dan penerusnya, seperti masjid sang cipta rasa, masjid merah panjunan, Gowa suyaragi, keraton kasepuhan, keraton Kanoman, karaton kacerbonan, dan keraton keprabonan.

 Cirebon sempat menyandang kota tilang, karena keanehan polisi yang menilang dengan alasan yang tidak logis,  seperti tidak ada tutup pentil ban .Sampai saat inipun polisi masih sering melakukan operasi tata tertib lalulintas, tetapi yang sering penilangan yang dilakukan dengan alasan yang tidak logis.

Bukan hanya itu Cirebon memiliki pasar terbesar se Asia tenggara, yakni: pasar baru Tegalgubug. Di pasar ini hampir semua orang dari penjuru di Indonesia berbondong-bondong untuk berjualan dan membeli barang yang mereka inginkan untuk dijual kembali. Biasanya Mereka datang dari Bandung, Tegal, Brebes, tasik, Surabaya, Jakarta, Banten, Tuban, Papua, Padang, Lampung, Kalimantan, Sulawesi, Lombok, dan  bau-bau untuk berdagang atau membeli barang yang akan dijual lagi didaerahnya masing-masing.

Kelihatannya asyik dan menarik, berbicara tentang kota satu ini. Sebab Cirebon  akan dijadikan kota budaya dan kota industri sebab Cirebon dalam rancangan pemerintah pusat sudah  diplanning menjadi Cirebon raya. Rancangan itu sudah mulai berjalan, diawali dengan pemetaan Cirebon timur menjadi daerah industri sekarang banyak pabrik-besar seperti Indofood. Cirebon kota sebagai objek tempat kuliner dan budaya serta sejarah. Bahkan kini Cirebon sedang dibangun juga pelabuhan internasional.

Namun semua itu tidak dibarengi dengan sebuah kesadaran masyarakat dan pemerintah daerah Cirebon  tentang  masalah lingkungan dan kebersihan. Banyak ditemukan sampah di area  kabupaten Cirebon dan Cirebon kota seperti di IAIN Cirebon, stadion Bima, Kampus unwagati.

dokpri

dokpri

dokpri

Inilah bentuk tidak perhatian pemerintah cirebon dan masyarakat. Dimana  dinas lingkungan hidup Cirebon seakan-akan tidak memperdulikan kebersihan daerahnya sendiri. entah apakah dana anggaran kebersihan tidak memiliki  dana atau etah dana itu masuk kantong-kantong pribadi? Mana aku tahu.

Di sebrang jalan tempat wisata Gowa sungai ragi terdapat kantor PLN Cirebon namun sepertinya bukan kantor yang mencerminkan kantor. didepan gerbang banyak sampah berserakan. Apakah pihak PLN tidak tahu atau tidak mau tahu? Hal tersebut menjadi pandangan umum setiap harinya.

dokpri

Tidak hanya itu, Cirebon salah satu kota yang tidak tahu aturan atau tidak  mau memakai aturan? Salah satu contohnya di desa Tegalgubug terdapat  tiga minimarket padahal secara aturan perda kabupaten Cirebon minimarket tidak boleh di dirikan dijalan lingkungan. Hal itu bukan hanya di desa Tegalgubug, hampir seluruh wilayah kabupaten Cirebon melanggar hukum. 

Hal yang menjadi heran itu dinas perizinan pemkab Cirebon seperti apa kerjanya? Pastinya kalian bisa menebak sendiri. Adanya peraturan zonasi  minimarket bukan  melarang orang untuk membuat sebuah minimarket akan tetapi untuk membatasi agar terjadi keseimbangan antara para pedagang kelontong, toko-toko dan minimarket.  Peraturan yang dibuat sendiri Malah dilanggar, yang berakibat keseimbangan tidak akan tercapai dan yang akan terjadi sebuah ketimpangan.

Di Cirebon, hampir semua kacamatan dalam membuat KTP harus membayar 100 ribu padahal membuat KTP itu gratis. Klo tidak membayar, KTP lama jadinya berbulan-bulan bahkan tidak akan pernah jadi. Inilah sedikit fenomena yang ada di kota budaya dan sejarah yang sebentar lagi akan menuju ke Cirebon raya. Masih banyak fenomena yang belum diungkap di lapangan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline