Lihat ke Halaman Asli

Al Gifari

Lulusan Sarjana Hukum | Pernah nulis jurnal, artikel, sampai caption galau | Meneliti realita, menulis pakai hati (dan sedikit sarkasme)

Aura Farming dan Soft Power Baru Anak Muda Indonesia

Diperbarui: 22 Juli 2025   17:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aura Farming (Sumber: Tik Tok Pacu Jalur Street)

Budaya itu bukan sekadar yang diwariskan, tapi juga apa yang kita ciptakan dan sebarkan. Dan hari ini, salah satu bentuknya adalah: Aura Farming.

Ketika Keheningan Jadi Komoditas Digital

Dunia maya selalu haus akan hal baru. Dari konten menari, prank, hingga podcast yang berisik, tiba-tiba muncul satu tren yang berbeda: seseorang duduk diam, menatap kamera dengan ekspresi netral, tak berkata apa-apa. Hanya diam, namun penuh "aura." Inilah yang disebut netizen sebagai Aura Farming yaitu fenomena diam tapi viral, tenang tapi menawan.

Fenomena ini bukan sekadar gaya. Di baliknya ada daya. Ia tidak menjual kata-kata atau konflik, tapi ketenangan. Dalam era di mana semua orang berlomba jadi yang paling nyaring, Aura Farming hadir sebagai antitesis. Dan yang menarik: banyak kreator dari kampung, pelosok daerah, atau kalangan biasa yang melakukannya. Mereka tampil apa adanya. Mereka tak ingin jadi siapa-siapa dan justru itu yang bikin orang menonton.

Soft Power Gaya Baru: Tak Perlu Ngomong, Cukup Tampil

Jika kita merujuk pada teori soft power dari Joseph Nye, kekuatan lunak sebuah bangsa datang dari kebudayaan, nilai, dan daya tariknya yang bersifat tidak memaksa. Selama ini, Korea Selatan dikenal jago memainkannya lewat K-Pop dan drama. Jepang lewat anime. Amerika lewat Hollywood.

Kini, dengan Aura Farming, Indonesia punya gaya baru dalam memainkan soft power bukan lewat industri besar, tapi lewat ekspresi personal yang membumi.

Anak muda Indonesia hadir di FYP dunia hanya dengan menampilkan "kehadiran" mereka. Seorang kreator bernama Rayyan Arkan, misalnya, hanya duduk dengan sorot mata yang dalam. Penonton luar negeri membanjiri kolom komentar, menyebutnya "Indonesian angel" atau "calming energy." Tanpa kata, tanpa promosi, tanpa bujet iklan.

Inilah diplomasi budaya gaya baru. Aura Farming adalah bentuk eksistensi digital yang tidak agresif, tapi efektif.

Dari Estetika ke Etika: Mengapa Ini Penting?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline