Lihat ke Halaman Asli

Gerhana Puan

Mahasiswa Astronomi

Pengamatan Bintik Matahari untuk Mitigasi Bencana Cuaca Antariksa

Diperbarui: 11 Oktober 2020   20:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1. Ilustrasi dampak kondisi cuaca antariksa terhadap Bumi. (Sumber : thesun.co.uk)

Matahari merupakan sumber energi bagi kehidupan di Bumi. Namun, selain memberikan cahaya dan panas, Matahari juga mengirimkan partikel bermuatan seperti elektron dan proton ke Bumi melalui angin Matahari. Jika angin Matahari yang datang memiliki intensitas yang cukup besar, maka dapat mempengaruhi kondisi antariksa di sekitar Bumi, khususnya oleh medan magnet Bumi (magnetosfer) dan lapisan ionosfer, daerah di atmosfer Bumi yang berisi ion. 

Dinamika kondisi lingkungan antariksa di sekitar Bumi akibat Matahari disebut sebagai cuaca antariksa. Dampak dari cuaca antariksa yang umum dikenali adalah aurora, ketika elektron dan proton yang sampai di kutub Bumi berinteraksi dengan gas di atmosfer. Selain itu, teknologi merupakan salah satu aspek yang cukup terdampak dari cuaca antariksa. 

Berbagai macam satelit yang mengorbit Bumi sangat rentan terhadap kondisi cuaca antariksa. Dampaknya dapat berupa hilangnya sinyal komunikasi dan berkurangnya akurasi navigasi penerbangan. Bahkan kondisi cuaca antariksa yang ekstrim dapat mempengaruhi pembangkit listrik yang berada di permukaan Bumi, seperti yang terjadi pada Maret 1989 yang membuat Quebec kehilangan pasokan listrik selama sembilan jam. 

Fluktuasi medan magnet Bumi yang sangat hebat, akibat angin Matahari yang kuat, dapat menghasilkan arus yang mengganggu kinerja pembangkit listrik. Untuk itu perlu dilakukan pemantauan terhadap kondisi cuaca antariksa, salah satunya adalah dengan melakukan pengamatan Matahari.

Matahari merupakan sumber utama yang mempengaruhi kondisi cuaca antariksa. Angin Matahari yang mengirimkan partikel bermuatan dihasilkan dari berbagai fenomena yang terjadi di permukaan Matahari, seperti bintik Matahari (sunspot), semburan Matahari (solar flare), Coronal Mass Ejections (CME), dan lubang korona (coronal hole). 

Dari berbagai fenomena tersebut, bintik Matahari merupakan salah satu fenomena yang cukup mudah untuk diamati dari permukaan Bumi. Bintik Matahari tampak sebagai bintik hitam di permukaan Matahari. 

Jumlah, bentuk, dan ukuran bintik Matahari dapat digunakan sebagai indikator kemungkinan terjadinya semburan Matahari. Semburan Matahari yang terjadi dapat melontarkan partikel bermuatan ke arah Bumi. Jadi secara tidak langsung, dengan mengamati bintik Matahari kita dapat membuat prediksi terhadap kondisi cuaca antariksa.

Secara formal, kegiatan yang berhubungan dengan keantariksaan dilakukan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) seperti yang tertuang dalam UU No. 21 Tahun 2013 Tentang Keantariksaan dan Peraturan Presiden No. 49 Tahun 2015 Tentang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. 

LAPAN bertanggung jawab dalam memberikan informasi serta melakukan mitigasi, antisipasi, serta penanganan bencana akibat cuaca antariksa. Untuk melaksanakan tugas tersebut, LAPAN dibantu dengan beberapa unit teknis melakukan pengamatan dan pemantauan aspek cuaca antariksa, seperti Matahari, medan magnet Bumi, dan lapisan ionosfer. 

Salah satu unit teknis yang melakukan pengamatan tersebut adalah Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer (BPAA) Sumedang atau LAPAN Sumedang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline