Lihat ke Halaman Asli

Rumah Tua Peninggalan Sang kakek

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

JAKARTA-GEMPOL, Rumah adalah tempat kita berteduh dari panas dan hujan. Kalau Anda tidak punya rumah maka Anda akan kepanasan dan kehujanan. Rumah adalah istana kita yang ada dimuka bumi ini, susah dan senang akan dihadapi oleh setiap orang.

Berdasarkan data-data, ternyata orang tuaku tidak punya rumah sendiri. Sayang sekali orang tuaku tidak sanggup membeli maupun membangun rumah sendiri. Sampai dengan terjadinya kapal KMP Gurita tenggelam bersama kedua orang tuaku pada tanggal 19 Januari 1996. Memang orang tuaku benar-benar tidak punya rumah sama sekali.

Diriku lahir di Sabang ACEH, di rumah kakekku yang bernama Teungku (Tgk) H. Muhammad Abu Juned Bitay. Kami anak cucunya biasa memanggil dengan sebutan Abu Juned atau Kek Abu.

Kakekku adalah salah satu Ulama di kota Sabang ACEH cucu dari ahli waris utama Teungku Di Bitay (Muthalib Ghazi bin Musthafa Ghazi)/Teungku Di Bitai. Dahulu kakekku jalan kaki keliling Pulau Weh Sabang, untuk menyiarkan Agama Islam. Mirip diriku yang sering juga jalan kaki. Ini berarti cucu ikut kakeknya.

Di rumah kakekku inilah diriku cuma berteduh selama 3 bulan lamanya. Kemudian diriku terbang ke Jakarta bersama ibuku untuk menyusul bapakku yang sedang belajar di IIP (Institute Ilmu Pemerintahan) daerah Cilandak, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Saat lahir diriku dalam posisi "Anak Yatim" karena bapakku tidak berada di tempat hanya ada kakekku.

Di Kota Jakarta ini, orang tuaku tinggal di rumah sederhana yaitu rumah bedengan yang terbuat dari seng. Pada tahun 1979, diriku kembali ke Sabang Aceh dan tinggal di rumah kakekku Tgk.H.M. Abu Juned Bitay. Kemudian orang tuaku pindah ke rumah dinas Pemda Sabang pada akhir tahun 1979.

Berdasarkan data terbaru, ternyata kami kembali ke Sabang pada akhir Tahun 1977. Dari arsip dapat diketahui pada awal Januari 1978, orang tuaku ikut penataran di Banda Aceh, dan dari hasil foto keluarga pada lebaran tahun 1978 , kami sekeluarga telah berada di Sabang.

Walaupun bapakku tinggal dirumah dinas, akan tetapi diriku tinggal di rumah kakek Abu Juned Bitay. Hanya pada waktu-waktu tertentu saja seperti pulang sekolah dan ada keperluan lainnya baru pulang sebentar ke rumah dinas.

Kemudian pada waktu sore hari diriku kembali ke rumah kakek untuk mengaji, sekolah dan tidur di sana. Jarak rumah dan SD No.6 (Sekolah kolonial Belanda) hanya 100 meter.

Sebelum kakekku Abu Juned meninggal dunia maka kakekku berwasiat bahwa rumah kakekku yang ada di Sabang diberikan kepada ibuku dan adik perempuan ibuku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline