Lihat ke Halaman Asli

Firdaus Tanjung

Memberi dan mengayuh dalam lingkar rantai kata

[K - 8] Kompasiana, Yoo 'Rancak Bana'

Diperbarui: 24 Oktober 2016   20:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber ; kompasiana.com

Melihat judul yang saya ketengahkan, Kompasiana Yoo...  ‘rancak bana’, rancak bana dari bahasa Padang, yang artinya bisa seperti ini ; indah nian, cantik betul, atau semakin kinclong. Jadi Kompasiana itu, indah nian yang cantik betul dan semakin kinclong dalam usianya yang ke – 8 tahun .... cocok lah itu yaa...?!?

Sejak mengenal media ‘keroyokan’ Kompasiana ini pada Mei 2013, terasa banyak ilmu dan manfaatnya yang saya dapatkan. Awalnya saya disuruh oleh seorang ustadz (mubaligh) agar menyalurkan hobby menulisnya di kompasiana. Pak ustadz ini (Murtiono / Murti Sufi) juga hobby menulis. Dan beliau telah dulu mendaftar. Beliau menerangkan secara singkat tentang media warga tersebut kepada saya. Setelah itu saya berselancar di kompasiana. Yang ternyata sungguh sangat menarik bagi saya yang memiliki hobby menulis. Bahkan setelah melihat cukup lama,saya jadi banyak mendapatkan perkembangan baru dan informasi lainnya yang belum tentu ditemukan di media on line lainnya.

Meskipun saya bukanlah penulis yang aktif di kanal media warga ini, tapi tetap ada waktu untuk mengintipnya. Sekedar memberikan vote dan penilaian. Faktor X yang membuat saya tidak begitu gencar menulis. Dari puluhan artikel baru hanya 3 yang diganjar Head Line (HL) oleh admin K. Heheheh.... yaaa...karena faktor X itu tadi jadi saya kurang produktif menulis. Dan Insyaa Allah , ke depan ini akan berusaha lebih produktif lagi.

Suatu moment yang boleh dikatakan sedikit spesial bagi saya adalah ketika tulisan saya dijadikan HL oleh admin untuk yang pertama kali (Dua Negara Adi Daya "Beraksi" Di Selat Karimata ). Saya pun tidak menyangka juga tulisan singkat berupa pencarian Pesawat Air Asia QZ 8501 yang jatuh di Laut Karimata pada akhir tahun 2014 yang lalu menjadi HL. Dalam artikel itu kunjungannya hanya 300-an saja. Tapi oleh admin didapuk menjadi HL. Suatu yang gak terbayangkan sebelumnya. Ada nuansa kegembiraan yang lain yang saya rasakan dalam jiwa. Kegairahan (passion) dalam meningkatkan produk-produk tulisan mulai terasa bangkit.

Tapi yang jelas ini merupakan suatu tantangan yang saya rasakan untuk lebih giat dan aktif menulis. Memang karena faktor X itu yang membuat saya tidak maksimal dan tidak bisa membagi waktu. Dan jadinya saya semacam silent raider. Meskipun begitu, saya masih tetap berusaha menggelontorkan kata-kata lewat artikel barang satu atau dua. Meskipun rentang waktu yang cukup lama dari satu tulisan ke tulisan yang lain. Ibarat pepatah ‘biar sedikit dari pada tidak sama sekali’.

Tentu ada kesan bagi saya sejak bergabung di kompasiana ini. Kesan saya itu melihat beragam fenomena tulisan yang saya lihat di kompasiana. Bermula dari kanal bola. Ketika itu lagi hangat2nya konflik di tubuh PSSI dan boomingnya pemberitaan Timnas U-19 ketika itu, sehingga kompasianers terbagi yang pro dan kontra dan ada juga yang netral. Saking serunya perang opini demikian tidak jarang beberapa artikel kompasianers jadi HL di kanal bola. Nah, inilah yang membuat saya menjadi terkesan akan ragam opini yang terbangun. Meskipun berbeda tetap nuansa elegant ditampilkan. Dan saya pun juga bermula menulis di kompasiana ini dari kanal bola. Dikarenakan sebagai orang yang hobby bola juga tentunya...hehehheh.

*************

Berbagai ulasan tersaji dalam cita rasa wacananya di kompasiana. Dari yang mulai belajar menulis sampai pada yang pakarnya. Dari buruh, petani, pelajar,mahasiswa,pengangguran tingkat tinggi sampai ahli-ahli akademisi menyajikan beragam informasi tulisan. Banyak hal yang didapatkan disini. Belajar bagaimana mengulas tulisan ringan yang mudah, padat dan berbobot. Dan bagaimana suatu artikel jadi pemenang bisa kita lihat kepada pemenang blog competition. Tentu hal demikian membuat saya merasakan ada sesuatu yang baru dalam belajar menulis (otodidak).

Memasuki usia sewindu ini, Kompasiana sudah banyak melahirkan penulis-penulis yang hebat. Dari yang tidak dikenal dan tersembunyi, bisa menjadi terkenal. Kita menjadi tahu tentang para penulis itu. Mereka dari kalangan biasa sebelumnya. Sehingga dengan hadirnya media dari warga untuk warga ini menjadikan mereka sungguh luar biasa dalam membesarkan komunitas warga (netizen).

Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas ke P. Rote, menyajikan ulasan wacana Cakrawala Indonesia yang sesungguhnya. Pelosok-pelosok negeri yang tidak terjamah dan tersembunyi muncul dalam bentuk pesona Indonesia yang nantinya bisa dijadikan referensi bagi traveler. Mungkin tidak sedikit juga bisa digarap sebagai film-film dokumenter.

Ibarat usia “anak-anak” sudah memasuki fase usia emas pada masanya. Dimana pada usia emas ini bisa kita lihat pada perkembangan anak-anak. Yakni banyak hal dan ide kreatif yang dibangunnya. Rasa penasaran dan keingintahuan besar anak-anak bisa kita kenali. Mereka lincah bermain dengan ide kreatifnya. Disinilah suatu masa anak-anak memiliki bakat-bakatnya yang tersembunyi bila dibina dan diarahkan dengan telaten akan melahirkan daya cipta kreatif anak-anak bangsa yang berdaya guna bagi kemasylahatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline