Lihat ke Halaman Asli

Bambang Sugeng, Jejak Bersejarah Sang Prajurit yang Terlupakan

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1352112276385627384

Mungkin anda akan asing jika mendengar Kabupaten bernama “Temanggung”. Kabupaten dimana saya tinggal dan tumbuh sampai usia remaja sekarang ini. Temanggung diapit dua gunung bernama “Sindoro” dan “Sumbing” dan letaknya ditengah-tengah Provinsi Jawa Tengah. Mungkin anda tidak begitu mengenal Kabupaten ini. Tetapi, saya akan menceritakan orang yang hebat yang pernah hidup di Kabupaten ini puluhan tahun yang lalu. Anda pernah mendengar nama Bambang Sugeng? Mungkin anda pernah mendengarnya, atau malahan baru saja mendengar namanya. Bambang Sugeng lahir di Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah pada tanggal 31 Oktober 1913 dan meninggal di Kranggan, Temanggung pada tahun 1977. Beliau adalah mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) dari 5 Desember 1952 sampai 2 Mei 1955. Beliau disebut-sebut sebagai inisiator Serangan Umum 1 Maret bersama mendiang Sri Sultang HB IX dan Letkol. Soeharto. Meskipun beliau lahir di Magelang, beliau menemukan titik balik kehidupannya saat beliau merintis karier militer di Temanggung, Jawa Tengah. Namanya mencuat ke permukaan saat berhasil melucuti 533 tentara Jepang yang dipimpin Mayor Migaki Simatoyo  TANPA PERTUMPAHAN DARAH SEDIKITPUN! Bahkan, menurut pengakuan para tentara Jepang beliau memperlakukan mereka dengan sangat baik. Itu membuktikan dia memiliki jiwa besar dan kemampuan diplomasi di atas rata-rata. Bahkan angkatan tua Jepang menjuluki dia “Shogun”, yang berarti “Sang Jenderal Perang”.  Bahkan di monumen Bambang Sugeng di sebelah timur Terminal Bus Kota Temanggungpun terdapat batu prasasti yang ditulis tentara Jepang yang di tawan pasukan Bambang Sugeng. Tulisan dengan huruf kanji itu berbunyi “Wampo Daiwa Daigetzu”, yang berarti “ seluruh dunia sekeluarga”.

Beliau pernah menjabat sebagai duta besar Indonesia di Vatikan, Jepang, dan Brazil. Bahkan saat menjabat di Vatikan beliau mendapat anugerah “Bintang Vatikan”. Penghargaan tertinggi oleh Sri Paus.

Sungguh miris melihat pahlawan sebesar beliau belum mendapatkan gelar “PAHLAWAN NASIONAL”. Bahkan, namanya belum diabadikan sebagai nama jalan di Kabupaten Temanggung. Padahal, beliau sangat mencintai Kabupaten ini sampai-sampai beliau meminta untuk dikebumikan di sebelah Sungai Progo, Kranggan,Temanggung.

Ada sebuah tulisan yang sangat mengharukan saat saya mendatangi jembatan dekat lokasi pembantaian masal di Kali Progo. Di dekat jembatan bertuliskan begini, “Aku tak kecewa. Aku rela. Mati untuk cita-cita suci nan mulia. Indonesia merdeka, adil, makmur, dan bahagia.”

Bambang Sugeng memberi kita contoh untuk tidak serakah, tidak membalas keburukan dengan keburukan. Beliau membuktikan kelakuan yang baik akan selalu membawa berkah. Beliau memberi contoh UNTUK INDONESIA YANG ADIL, MAKMUR, SEJAHTERA!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline